Monday, 10 April 2017

MA’RIFATUL INSAN (pola hidup manusia sepanjang sejarah)

 

Allah SWT berfirman:
إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا(2)إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا(3)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan ia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; adayang bersyukur dan ada pula yang kafir”. (76:2-3).
Di dalam menyikapi nikmat yang Allah berikan kepadanya. manusia terpecah menjadi dua: ada yang bersyukur dan ada yang kafir.
Orang-orang yang bersyukur itu adalah mu’min muttaqin. Mereka mempergunakan nikmat-nikmat itu untuk menunjang terpenuhinya kewajiban-kewajiban yang telah diperintahkan kepadanya. 
Sedangkan manusia yang ingkar adalah orang-orang kafir. Orang yang kafir ini terbagi menjadi dua, yaitu (1) yang dengan jelas dan terang-terangan menyatakan kafir kepada Allah. Dan (2) yang menampakkan keimanan sedang dalam hatinya ingkar, mereka adalah orang-orang munafik.    

1. Pola hidup orang mumin-mutaqin


Mereka berjalan di atas petunjuk Allah shirathal mustaqim. Senantiasa melaksanakan dan menjaga syariat-syariat Allah, menegakkan shalat, menginfakkan hartanya di jalan Allah, mengimani kitab-kitab-Nya dan mengimani hari akhirat. Allah membimbing golongan ini karena ketaqwaannya di atas petunjuk-Nya dan memasukkannya ke dalam surga-Nya.
Allah SWT berfirman:
الم(1)ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ(2)الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ(3)وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ(4)أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(5)
“Inilah al-Kitab yang tiada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menginfaqkan sebagian rizki yang dianugerahkan Allah kepadanya. dan mereka beriman kepada kitab yang telah diturunkan kepadamu dan kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelum kamu, serta mereka yakin akan kehidupan akhirat. Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka adalah orang-orang yang beruntung ”. (2:2-5).
Orang-orang mu’min mutaqin rela mengorbankan seluruh hidupnya (baik harta dan jiwa) untuk mencari keridhaan Allah.
Sebagaimana ayat di bawah ini.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ(207)
 “Di antara manusia ada orang yang mengorbankan jiwanya untuk mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. (2:207). 

2. Pola hidup orang kafir


Orang-orang kafir menjalani hidupnya dengan menolak wahyu (petunjuk) Allah dan lebih memilih ideologi sesatnya, fastahabbul ‘amma ‘alal huda (41:17). Mereka adalah orang yang tuli, pekak dan bisu tidak mau mendengar peringatan, sebagaimana firman Allah
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ(6) خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ(7)
 “Sesungguhnya orang-orang yang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka di tutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”. (2:6-7).

Mereka mengikuti jejak para penentang kebenaran, Iblis la’natullah, Fira’un, Namrud, Abu Jahal dan lain-lain dengan menyombongkan diri, menolak wahyu Allah dan membuat kerusakan dimuka bumi.
Mereka senantiasa menentang Allah dengan membuat tandingan-tandingan yang mereka sembah (agung-agungkan) dengan penuh kecintaan. Karena kekafirannya itu, Allah menutup hati mereka, membutakan mata mereka, menggiring mereka di atas jalan yang sesat dan memasukkannya ke dalam neraka Jahannam, satu tempat kembali yang sangat buruk.
Allah SWT berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ(165)
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang yang beriman sangat cintanya kepada Allah. Dan jika orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya  dan Allah amat berat siksaannya (niscaya mereka menyesal). (2:165). 

3. Pola hidup orang munafik


Orang-orang munafik secara lahiriyah beriman kepada Allah, rasul-Nya dan hari akhirat. Keimanannya ia persaksikan dengan sebenar-benarnya, tetapi mereka bukanlah orang yang beriman.
Golongan ini, hidup ditengah-tengah kaum mu’minin, Mereka jua mendengar wahyu-wahyu Allah disampaikan, namun karena hatinya berpenyakit, wahyu itu tidak bermanfaat sedikitpun.
Orang-orang munafik ini tidak memiliki komitmen dan loyalitas yang jelas kepada Islam, sehingga mereka rela menukar hidayah Allah dengan kesesatan. Mereka tetap loyal kepada setan-setan mereka (musuh-musuh Islam), mengadakan makar untuk menghancurkan Islam. Pola hidup munafik ini dengan jelas diterangkan dalam Surah Al-Baqoroh, sebagai berikut:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ(8)يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ(9)فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ(10)وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ(11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ(12)وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا كَمَا ءَامَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا ءَامَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ(13)وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ(14)اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ(15)أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ(16)
“Di antara manusia ada orang yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir”, padahal mereka tidak beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman; padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati merka ada penyakit, lalu di tambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang membuat perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang yang telah beriman: “mereka menjawab: “Akan berimankan kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?”. Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak sadar. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka berkata: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”. Allah akan membalas olok-olok mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah yang memberi kesesatan dengan petunjuk, maka tidak beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk”. (2:8-16).
Allah telah memberikan perumpamaan tantang pola hidup mereka itu, dalam ayat yang sangat indah:
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ(17)صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ(18)أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ(19)يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(20)
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka,dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali ke jalan yang benar. Atau seperti orang yang ditimpa hujan lebat dari langit disertai dengan gelap gulita, guruh dan  kilat, mereka menyumbat telinga dengan jari mereka, karena mendengar suara petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat telah mnyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”. (2:17-20).
Betapa orang-orang munafik tidak dapat mengambil manfaat dari wahyu-wahyu Allah (hujan) yang senantiasa diturunkan, karena keragu-raguan yang ada dalam hatinya., Yang mereka tangkap hanyalah kerasnya suara guntur yang memekakkan telinganya dan kilatan petir yang seakan membutakan matanya, ia menutup telinga dengan telunjuknya, sehinggga tuli dan tidak mendengar peringatan Allah yang terkandung di dalamnya.
Golongan ini, beribadah kepada Allah berada di tepian, bergerak sesuai dengan situasi dan kondisi. Sekiranya menguntungkan, maka ia tetap dalam kondisi itu, tetapi manakala ia pandang merugikan dirinya, maka ia mundur kebelakang. Mereka teronbang-ombing dalam keragu-raguan dan Allah masukkan mereka ke dalam neraka jahannam.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ(11)

“Di antara menusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika dia memperoleh kebajikan tetaplah mereka adalah keadaan itu dan jika ia ditimpa oleh sesuatu bencana berbaliklah ia kebelakang, Rugilah ia di dunia dan akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata”. (22;11) .?
Load disqus comments

0 comments