Allah SWT berfirman:
إِنَّا
خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ
سَمِيعًا بَصِيرًا(2)إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا
كَفُورًا(3)
“Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak
mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan ia mendengar
dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; adayang
bersyukur dan ada pula yang kafir”. (76:2-3).
Di dalam menyikapi nikmat yang Allah
berikan kepadanya. manusia terpecah menjadi dua: ada yang bersyukur dan ada
yang kafir.
Orang-orang yang bersyukur itu adalah
mu’min muttaqin. Mereka mempergunakan nikmat-nikmat itu untuk menunjang
terpenuhinya kewajiban-kewajiban yang telah diperintahkan kepadanya.
Sedangkan manusia yang ingkar adalah
orang-orang kafir. Orang yang kafir ini terbagi menjadi dua, yaitu (1) yang
dengan jelas dan terang-terangan menyatakan kafir kepada Allah. Dan (2) yang
menampakkan keimanan sedang dalam hatinya ingkar, mereka adalah orang-orang
munafik.
1. Pola hidup orang mu’min-mutaqin
Mereka berjalan
di atas petunjuk Allah shirathal mustaqim. Senantiasa melaksanakan dan menjaga
syariat-syariat Allah, menegakkan shalat, menginfakkan hartanya di jalan Allah,
mengimani kitab-kitab-Nya dan mengimani hari akhirat. Allah membimbing golongan
ini karena ketaqwaannya di atas petunjuk-Nya dan memasukkannya ke dalam
surga-Nya.
Allah SWT
berfirman:
الم(1)ذَلِكَ
الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ(2)الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ
بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنْفِقُونَ(3)وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ
مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ
يُوقِنُونَ(4)أُولَئِكَ عَلَى
هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(5)
“Inilah al-Kitab yang tiada
keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu
mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menginfaqkan
sebagian rizki yang dianugerahkan Allah kepadanya. dan mereka beriman kepada
kitab yang telah diturunkan kepadamu dan kepada kitab-kitab yang diturunkan
sebelum kamu, serta mereka yakin akan kehidupan akhirat. Mereka itulah yang
mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka adalah orang-orang yang
beruntung ”. (2:2-5).
Orang-orang
mu’min mutaqin rela mengorbankan seluruh hidupnya (baik harta dan jiwa) untuk
mencari keridhaan Allah.
Sebagaimana ayat
di bawah ini.
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ
بِالْعِبَادِ(207)
“Di antara manusia ada orang yang mengorbankan
jiwanya untuk mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hamba-Nya”. (2:207).
2. Pola hidup orang kafir
Orang-orang
kafir menjalani hidupnya dengan menolak wahyu (petunjuk) Allah dan lebih
memilih ideologi sesatnya, fastahabbul ‘amma ‘alal huda (41:17). Mereka
adalah orang yang tuli, pekak dan bisu tidak mau mendengar peringatan,
sebagaimana firman Allah:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ
لَا يُؤْمِنُونَ(6) خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى
سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ(7)
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, sama saja bagi
mereka, kamu beri peringatan atau tidak, mereka tidak akan beriman. Allah telah
mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka di tutup. Dan
bagi mereka siksa yang amat berat”. (2:6-7).
Mereka mengikuti
jejak para penentang kebenaran, Iblis la’natullah, Fira’un, Namrud, Abu Jahal
dan lain-lain dengan menyombongkan diri, menolak wahyu Allah dan membuat
kerusakan dimuka bumi.
Mereka
senantiasa menentang Allah dengan membuat tandingan-tandingan yang mereka
sembah (agung-agungkan) dengan penuh kecintaan. Karena kekafirannya itu, Allah
menutup hati mereka, membutakan mata mereka, menggiring mereka di atas jalan
yang sesat dan memasukkannya ke dalam neraka Jahannam, satu tempat kembali yang
sangat buruk.
Allah SWT
berfirman:
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ
اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ
ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ
اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ(165)
“Dan di antara manusia ada orang
yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang yang beriman sangat cintanya
kepada Allah. Dan jika orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya dan Allah amat berat siksaannya
(niscaya mereka menyesal). (2:165).
3. Pola hidup orang munafik
Orang-orang munafik secara lahiriyah
beriman kepada Allah, rasul-Nya dan hari akhirat. Keimanannya ia persaksikan
dengan sebenar-benarnya, tetapi mereka bukanlah orang yang beriman.
Golongan ini, hidup ditengah-tengah
kaum mu’minin, Mereka jua mendengar wahyu-wahyu Allah disampaikan, namun karena
hatinya berpenyakit, wahyu itu tidak bermanfaat sedikitpun.
Orang-orang munafik ini tidak memiliki
komitmen dan loyalitas yang jelas kepada Islam, sehingga mereka rela menukar
hidayah Allah dengan kesesatan. Mereka tetap loyal kepada setan-setan mereka
(musuh-musuh Islam), mengadakan makar untuk menghancurkan Islam. Pola
hidup munafik ini dengan jelas diterangkan dalam Surah Al-Baqoroh, sebagai
berikut:
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ
بِمُؤْمِنِينَ(8)يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ
إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ(9)فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ
اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ(10)وَإِذَا
قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ
مُصْلِحُونَ(11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا
يَشْعُرُونَ(12)وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا كَمَا ءَامَنَ النَّاسُ قَالُوا
أَنُؤْمِنُ كَمَا ءَامَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ
وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ(13)وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا
ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا
نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ(14)اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ
يَعْمَهُونَ(15)أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا
رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ(16)
“Di antara manusia ada orang
yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir”, padahal mereka
tidak beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman; padahal
mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati
merka ada penyakit, lalu di tambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa
yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka:
“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. mereka menjawab: “Sesungguhnya
kami orang-orang yang membuat perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila
dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang yang telah
beriman: “mereka menjawab: “Akan berimankan kami sebagaimana orang-orang yang
bodoh itu telah beriman?”. Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang
bodoh, tetapi mereka tidak sadar. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang
yang beriman mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali
kepada setan-setan mereka, mereka berkata: “Sesungguhnya kami sependirian
dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”. Allah akan membalas olok-olok mereka
dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah
yang memberi kesesatan dengan petunjuk, maka tidak beruntung perniagaan mereka
dan tidaklah mereka mendapat petunjuk”. (2:8-16).
Allah telah memberikan perumpamaan
tantang pola hidup mereka itu, dalam ayat yang sangat indah:
مَثَلُهُمْ
كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ
اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ(17)صُمٌّ بُكْمٌ
عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ(18)أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ
وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ
حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ(19)يَكَادُ الْبَرْقُ
يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ
عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(20)
“Perumpamaan mereka adalah
seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya
Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka,dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah
mereka akan kembali ke jalan yang benar. Atau seperti orang yang ditimpa hujan
lebat dari langit disertai dengan gelap gulita, guruh dan kilat, mereka menyumbat telinga dengan jari
mereka, karena mendengar suara petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi
orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat telah mnyambar penglihatan mereka. Setiap
kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila
gelap menimpa, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia
melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa
atas segala sesuatu”. (2:17-20).
Betapa orang-orang munafik tidak dapat
mengambil manfaat dari wahyu-wahyu Allah (hujan) yang senantiasa diturunkan,
karena keragu-raguan yang ada dalam hatinya., Yang mereka tangkap hanyalah
kerasnya suara guntur yang memekakkan telinganya dan kilatan petir yang seakan
membutakan matanya, ia menutup telinga dengan telunjuknya, sehinggga tuli dan
tidak mendengar peringatan Allah yang terkandung di dalamnya.
Golongan ini, beribadah kepada Allah
berada di tepian, bergerak sesuai dengan situasi dan kondisi. Sekiranya
menguntungkan, maka ia tetap dalam kondisi itu, tetapi manakala ia pandang
merugikan dirinya, maka ia mundur kebelakang. Mereka teronbang-ombing dalam
keragu-raguan dan Allah masukkan mereka ke dalam neraka jahannam.
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ
بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ(11)
“Di antara menusia ada yang
menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika dia memperoleh kebajikan
tetaplah mereka adalah keadaan itu dan jika ia ditimpa oleh sesuatu bencana
berbaliklah ia kebelakang, Rugilah ia di dunia dan akhirat. Yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata”. (22;11) .?
0 comments