Monday, 10 April 2017

MA’RIFATUL INSAN (Sifat Dasar Manusia dan Cara Mengatasinya)



Manusia diciptakan disertai sifat-sifat dasar yang negatip. Yang apabila tidak diarahkan ke arah yang positip, maka akan menjatuhkan dirinya ke dalam kerugian.
Allah SWT berfirman:
وَالْعَصْرِ(1)إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ(2)إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)
“Demi Masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling nasihat menasihati dalam kebenaran (haq) dan kesabaran”. (103:1-3).

Hal ini, merupakan masalah yang sangat serius, karena bila manusia tetap pada tabiat dasar itu, maka ia berada dalam kerugian yang nyata. Oleh karena itu, manusia harus berjuang untuk mengatasinya. Secara umum cara mengatasinya adalah dengan beriman kepada Allah dan melaksanakan amal shaleh, serta saling nasihat menasihati untuk tetap dalam hak dan kesabaran.
Untuk itu marilah kita mengenali sifat-sifat dasar itu dan cara mengatasinya.

1.      Keluh Kesah dan Kikir.


Allah berfirman dalam surat Al-Ma’arij (70):19-21.
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا(19)إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا(20)وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا(21)
"Sesungguhnya manusia itu diciptakan dengan sifat halu’ yaitu keluh kesah. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”.
Keluh kesah dan kikir timbul karena tidak adanya rasa syukur atas karunia yang Allah berikan dan tidak sabar atas cobaan-Nya, sehingga ia senantiasa merasa kurang dan tidak cukup dalam segala hal dan tidak sabar atas musibah-musibah yang menimpanya. Apabila sifat ini dituruti, maka manusia akan terombang-ambing dalam keragu-raguan, dan sikap syu’u dzan kepada Allah, sehingga mengingkari nimat yang telah Allah berikan.
Untuk itu, sifat ini harus diluruskan, dan diarahkan kepada arah yang benar, yaitu dengan mengerjakan shalat dan amalan-amalan shaleh lainnya.. Sedangkan untuk mengatasi sifat kikir yaitu dengan menginfakkan harta kepada fakir miskin.
Sebagaimana firman Allah di bawah ini: 

إِلَّا الْمُصَلِّينَ(22)الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ(23)وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ(24)لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ(25)وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ(26)وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ(27)إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُونٍ(28)وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ(29)إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ(30) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ(31)وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ(32)وَالَّذِينَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ(33)وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ(34)أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ(35)فَمَالِ الَّذِينَ كَفَرُوا قِبَلَكَ مُهْطِعِينَ(36)
“Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalat, dan orang-orang yang dalam hartanya terdapat bagian tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa, dan orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang takut terhadap hari pembalasan, Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman dari kedatanganya, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela, barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melewati batas, Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara syahadatnya, dan orang yang memelihara shalatnya, Mereka itu kekal di dalam surga lagi dimuliakan”. (70:19-35)

2. Lemah.


Allah SWT berfiman:
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا(28)
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu. Dan manusia diciptakan dengan sifat lemah". (4:28).
Dengan tabiakelemahannya itu. Allah memberikan keringanan dan kemudahan baginya. Untuk mengatasi kelemahannya itu manusia harus menerima kemudahan  dan keringan yang  yang Allah berikan. Bagi manusia memadai apa yang telah ia usahakan sesuai dengan keadaannya.
Sebagaimana Firman Allah di bawah ini:
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى(39)
“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakan”. (53:39).

3. Susah Payah.


Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sangat berat, yaitu adanya berbagai halangan dan rintangan yang harus dihadapinya, sebagaimana firman-Nya:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ(4)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah”.
Cara mengatasinya adalah dengan mengadakan perjuangan untuk membebaskan perbudakan manusia atas manusia. Apabila manusia enggan mengadakan perjuangan, maka ia akan senantiasa di dalam kesusahpayahan itu. Oleh karena itu,. ia harus bangkit mempergunakan potensi yang ada  dan menyusun kekuatan bersama-sama untuk perjuangan pembebasan tersebut
Sebagaimana Firman Allah SWT di bawah ini:



وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ(12)فَكُّ رَقَبَةٍ(13)أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ(14)يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ(15)أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ(16)ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ(17) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ(18) 
"Tahukah kamu jalan yang mendaki lagi sukar itu? Yaitu melepaskan budak dari perbudakan, dan memberi makanann pada hari kelaparan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat dan orang miskin yang teramat miskin dan dia termasuk orang yang beriman dan saling berpesan bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka itu adalah golongan kanan”. (90:10-18).

Allah berfirman:
وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا(11)
“Dan adalah menusia bersifat tergesa-gesa”. (17:11)

Tergesa-gesa ialah ingin mendapatkan/mencapai sesuatu dengan segera tanpa memelalui proses yang seharusnya. Karena ketergesa-gesaannya itu, maka manusia sering terjerembab ke jalan yang salah, sehingga hanya menghasilkan kekecewaan. Karena tergesa-gesa adalah merupakan sifat negatip, maka ia harus ditundukkan dan diarahkan ke jalan yang benar.
Cara mengatasinya adalah dengan bersabar, sebagaimana diperintahkan Allah dalam firman-Nya.
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ
“Bersabarlah kamu seperti sabarnya ulul azmi minar rasul dan janganlah kamu minta disegerakan siksa kepada mereka”. (46:35)

Load disqus comments

0 comments