Potensi dasar manusia
Allah
menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang tidak
diberikan kepada makhluk lainnya. Kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi
dasar yang disertakan Allah atasnya, baik potensi internal (yang terdapat dalam
dirinya) dan potensi external (yaitu potensi disertakan Allah untuk
membimbingnya). Potensi ini adalah modal utama bagi manusia untuk melaksanakan
tugas dan memikul tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia harus diolah dan
didaya-gunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat memunaikan tugas dan
tanggung jawab dengan sempurna.
1. Potensi Internal
Potensi internal
ialah potensi yang menyatu dalam diri manusia itu sendiri, terdiri:
a. Potensi Fitriyah.
Manusia diberikan
oleh Allah potensi fitriyah. Makna fitrah ialah al-Islam. Sebagaimana yang kita pahami dalam ayat dan
hadits di bawah ini:
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ(30)
“Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama yang lurus; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui”. (30:30).
Berkenaan ayat ini Rasulullah SAW
bersabda:
عن
أبى هريرة t. قال النبي r : "مَا مِن مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ .
فَأَبَوَاهُ يَهُوِّدَانِهِ أَوْ
يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ . كَمَا تُنْتَجُ البَهِيْمَةُ بَهِيمَةً
جَمْعَاءِ. هَلْ تُحِسُّون فِيهَا مِن جَدْعَاءَ ؟". ثمّ يقولُ أبو هريرةَ t :
فِطْرَةَ اللهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ،
ذاَلِكَ الدِّينُ القَيِّمُ . متفق عليه
“Dari Abu Hurairah RA. Bersabda
Rasulullah SAW: “Tiada bayi yang dilahirkan kecuali lahir dalam keadaan fitrah.
Maka ayah bundanyalah yang menjadikannya Yahudi. Nasrani atau Majusi. Sebagai
lahirnya binatang yang lengkap sempurna. Apakah ada binatang yang lahir
terputus telinganya?. Kemudian Abu Hurairah RA membaca: ”Fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. Itulah agama yang lurus”. (HR.
Mutafaqun ‘alaih, Lu’lu’ Wal Marjan).
Dengan demikian,
pada diri manusia sudah melekat (menyatu) satu potensi kebenaran (dienullah).
Kalau ia gunakan potensinya ini, ia akan senantiasa berjalan di atas jalan yang
lurus. Karena Allah telah membimbingnya semenjak dalam alam ruh (dalam
kandungan) (7:172).
b. Potensi Ruhiyah
Potensi ruhiyah adalah potensi yang dilekatkan pada hati nurani
untuk membedakan dan memilih jalan yang hak dan yang batil, jalan menuju
ketaqwaan dan jalan menuju kedurhakaan.
Allah berfirman:
وَنَفْسٍ
وَمَا سَوَّاهَا(7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا(8)
“Demi jiwa serta
penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketaqwaan”. (91:7-8).
Di dalam hati
setiap manusia telah tertanam potensi ini, yang dapat membedakan jalan kebaikan
(kebenaran) dan jalan keburukan (kesalahan). Dari kemampuan ini, Nabi pernah
bersabda:
وعن
وابصة بن معبد ر.ض قال : أَتَيْتُ رسول الله صلى اللّه عليه وسلّم فقال: جِئْتَ
تَسْأَلُ عَنِ البِرِّ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، فَقَالَ: اسْتَفْتِ قَلْبَكَ ، البِرُّ
مَااطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسِ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ. وَاْلإِثْمُ
مَاحَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاَس
وَأَفْتَاكَ. رواه احمد والدارمى
“Wabishah bin Ma’bab RA berkata:
Saya datang kepada Nabi SAW untuk bertanya tentag bakti (al-birri). Maka
sebelum saya bertanya, Nabi bertanya: “Kau datang untuk bertanya tentang bakti?
Jawabku: Ya. Bersabda Nabi SAW: “Tanyakan pada hatimu. Bakti itu ialah semua
perbuatan yang menimbulkan ketenangan
dalam hati dan jiwa. Sedangkan dosa, itu semua perbuatan yang menimbulkan
keraguan dalam hati dan jiwa. Meskipun telah mendapat fatwa dari orangt-orang”.
(HR. Ahmad dan Darimi).
Hadits ini
menunjukkan bahwa potensi inilah yang menentukan arah kehidupan manusia.
c. Potensi Aqliyah.
Potensi aqliyah
terdiri dari panca indera dan akal pikiran (sam’a, basar, fu’ad). Dengan
potensi ini, manusia dapat membuktikan dengan daya nalar dan ilmiah, tentang “kekuasaan”
Allah. Serta dengan potensi ini, ia dapat mempelajari dan memahami dengan benar
seluruh hal yang bermanfaat baginya yang tentu harus diterima dan hal yang
mudharat baginya dan tentu harus dihindarkan.
Allah berfirman:
وَاللَّهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ
لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(78)
“Dan Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apapun, dan Dia memberikan kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (16:78).
Potensi inilah
yang akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah. Dalam hal ini Allah
berfirman:
وَلَا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا(36)
“Dan janganlah kamu mengikuti
apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawaban”. (17:36).
Manusia yang tidak
mempergunakan potensi ini, maka sungguh ia telah menyia-nyiakan kelelebihan dan
keutamaan yang Allah berikan, sehingga ia tidak pantas mendapat fadhal disisi Allah, tetapi ia sama
dengan makhluk yang terendah yaitu binatang ternak, bahkan lebih hina lagi.
Allah berfirman:
وَلَقَدْ
ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا
يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا
يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ
الْغَافِلُونَ(179)
"... Mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, dan mereka mempunyai
mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Aallah,
mereak mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat
Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai”. (7:179).
d. Potensi Jasmaniyah.
Potensi jasmaniyah yaitu kemampuan tubuh manusia yang telah Allah
ciptakan dengan sempurna, baik rupa, kekuatan dan kemampuan.
Sebagaiman
firman-Nya:
لَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ(4)
“Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam sebaik-baik penciptaan”. (94:5).
وَصَوَّرَكُمْ
فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ(3)
“Dia membentuk rupamu dan
dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nyalah kembalimu”. (64:3).
Potensi jasmaniyah
ini adalah merupakan basthoh fil
khalqi (fil jism). Sebagai modal utama untuk melaksanakan tugasnya.
2. Potensi Eksternal
Disamping potensi internal yang melekat
erat pada diri manusai. Allah juga sertakan potensi external sebagai pengarah
dan pembimbing potensi-potensi internal itu agar berjalan sesuai dengan
kehendak-Nya. Tanpa arahan potensi external ini, maka potensi internal tidak
akan membuahkan hasil yang diharapkan.
a. Potensi Huda
Yaitu petunjuk
Allah yang mempertagas nilai kebenaran yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya
untuk membimbing umat manusia ke jalan yang lurus.
Allah SWT berfirman:
إِنَّا
هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا(3)
“Sesungguhnya Kami telah
menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir”.
(76:3).
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ
هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(38)
“....Kemudian jika datang
petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya
tidak ada kekawatiran atas mereka, dan
tidak pula mereka bersedih hati”. (2:38).
b. Potensi Alam
Alam semesta
adalah merupakan potensi external kedua untuk membimbing umat manusia
melaksanakan fungsinya. Setiap sisi alam semesta ini merupakan ayat-ayat Allah
yang dengannya manusia dapat mencapai kebenaran.
Allah berfirman:
إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ(190)الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ(191)
“Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat ayat-ayat bagi
ulul Albab. Yaitu, orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri,
duduk dan dalam keadaan berbaring; dan mereka memikirkan tentapenciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, tidalah Engkau ciptakan semua ini
dengan sia-sia”. (3:190-191).
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ(21)الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ
بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ
رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ(22)
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu
Yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rizki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”. (2:21-22).
0 comments