A. prinsip Penciptaan manusia
Allah SWT berfirman:
هَلْ
أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا(1)
“Bukankah telah datang atas manusia suatu waktu dari
masa, sedang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut”. (76:1).
أَوَلَا
يَذْكُرُ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ يَكُ شَيْئًا(67)
“Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu,
sedang ia tidak ada sama sekali?”. (19:67).
Kedua
ayat di atas dimulai dengan kalimat istifham, yang menuntut perhatian supaya
manusia memikirkan diri dan proses kejadiannya, sehingga dengan itu, ia akan
berlaku dengan benar dalam kehidupan di dunia ini sesuai dengan fungsi dan
tujuan penciptaannya.
Manusia
adalah makhluk ciptaan Allah. Pada mulanya ia bukanlah apa-apa, tidak ada,
tidak berwujud dan tidak berbentuk. Kemudian atas kehendak-Nya, ia diciptakan.
Ihwal
penciptaan manusia ini, menunjukkan KeMaha Kuasaan Allah. Hal ini harusnya
menjadi renungan manusia, betapa tanpa kekuasaan-Nya, dirinya bukanlah apa-apa.
B. Proses
Penciptaan Manusia
Dalam penciptaan manusia, terdapat
dua proses, yaitu: (1) Proses azali, dan (2) Proses alami.
1. Proses azali
Proses azali
adalah proses dimana peran ke Maha Kun fayakunan Allah terjadi, tidak
ada sedikitpun campur tangan manusia. Seperti dalam penciptaan Adam yang
diciptakan dari tanah liat yang dibentuk. Hawa yang diciptakan dari tulang
rusuk Adam. Dan Isa Al Masih yang
diciptakan tanpa seorang ayah.
Hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut:
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ(26)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam)
dari tanah liat kering yang diberi bentuk”. (15:26).
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا(1)
“Hai sekalian
manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang
satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah
memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada
Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu ”. (4:1).
إِنَّ مَثَلَ
عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ
كُنْ فَيَكُونُ(59)
“Sesungguhnya misal penciptaan Isa di sisi Allah,
adalah seperti penciptaan Adam, Allah menciptaklan Adam dari tanah, kemudian
Allah berfirman: “Jadilah”, maka jadilah dia”. (3:59).
2. Proses Alami
Proses alami
adalah proses kejadian manusia setelah Adam dan Hawa terkecuali Isa as. yaitu
harus adanya percampuran antara laki-laki dan perempuan, bertemunya sel sperma
dan indung telur di dalam rahim perempuan. Dalam rahim seorang ibu ia dibentuk
dengan melalui beberapa tahapan dan dalam waktu yang telah ditetapkan. Kemudian
setelah sempurna kejadiannya, ia dilahirkan ke atas dunia sebagai seorang bayi,
lalu Allah tumbuhkan ia menjadi dewasa dan menjadi tua, kemudian Allah
wafatkan.
Sebagaimana
firman Allah di bawah ini:
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ(12)ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً
فِي قَرَارٍ مَكِينٍ(13)ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا
الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ
لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا ءَاخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ(14)ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ(15)ثُمَّ إِنَّكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ(16)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati berasal dari tanah. Kemudian saripati itu Kami jadikan air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang berbentuk
lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian sesudah itu,
sesungguhnya kamu bener-benar akan mati. Kemudian kamu akan dibangkitkan di hari kiamat”. (23:12-16).
C. Bahan Dasar
(bentuk dan isi) Penciptaan Manusia.
1. Bentuk Dasar.
Bahan dasar manusia
adalah tanah yang tidak berharga, sebagaimana diterangkan dalam ayat di bawah
ini:
ثُمَّ جَعَلَ
نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ(8)
"Kemudian
Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).”. (32:7-8).
Seorang manusia yang gagah perkasa,
tampan dan cantik rupawan hanyalah berbahan dasar tanah liat/tanah tembikar
yang merupakan bahan terendah yang kurang berharga. Bila manusia suka
memperhatikan asal kejadiannya ini, maka ia tidak akan suka menyombongkan diri
menentang dan mendurhakai Allah penciptanya. Akan tetapi ia akan tunduk
merendahkan dirinya kepada Allah, karena hanya atas karunia-Nyalah ia menjadi
ada.
2. Isi Dasar
Dari bahan dasar
yang sangat rendah tersebut di atas, kemudian Allah mengisinya dengan sesuatu
yang sangat tinggi nilainya yaitu
ruh-Nya. Sebagaiamana firman-Nya:
ثُمَّ سَوَّاهُ
وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ(9)
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalam tubuhnya ruh ciptaan-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”. (32:9).
Dengan demikian
manusia memiliki hubungan yang sangat dekat sekali dengan Allah karena manusia
diberi ruh-Nya.
Dari dua asal yang sangat berbeda ini
menunjukkan adanya dua hal yang berbeda. Jasad manusia yang diciptakan dari
bahan dasar tanah maka ia memiliki kecenderungan yang sangat kuat kepada tanah,
yaitu: “Zuyyina linnas hubbus shahawaati minan nisa wal baniina wal
qonathiri muqonthoroti nimadz-dzahabi wal fidhoti wal khoilil musawwamati wal
an'ami wal harts .... (3:14).
Sedangkan ruh (jiwa) yang berasal dari
Allah, maka ia juga memiliki kecenderungan dan kebutuhan kepada petunjuk Allah
yaitu adien, jalan menuju taqwa: Qul aunabbiukum bikhoirim min dzalikum,
lilladzinat taqowu .. (3:15).
0 comments