Thursday 27 April 2017

MA’RIFATUL QUR’AN (KEBERADAAN KITAB-KITAB SEBELUM DATANGNYA AL-QURAN)

Sebagaimana kita lihat dalam materi Ma’rifatul Insan, bahwa Allah SWT telah memberikan potensi huda kepada manusia, yaitu berupa wahyu, untuk membimbing manusia ke jalan-Nya yang lurus.  Sebelum Al-Quran, wahyu/kitab-kitab yang Allah turunkan dan kita ketahui namanya, yaitu: Taurat, diturunkan kepada Nabi Musa as.; Zabur, diturunkan kepada Nabi Daud as; dan Injil diturunkan kepada Nabi Isa as. serta Suhub Ibrahim dan Musa.
Seorang mu’min wajib mengimani kitab-kitab tersebut. Ia adalah merupakan tuntunan dari Allah SWT untuk membimbing umat manusia ke jalan yang lurus dan diridhai-Nya, maka apabila manusia sudi mengikutinya ia akan  terbimbing ke jalan yang lurus, sedangkan bila menolaknya ia akan tersesat dari jalan-Nya.
Allah SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ءَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَ الْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَ الْيَوْمِ  اْلأَخِرِوَ ا لْيَوْمِ  اْلأَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا(136)
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”. (4:136).
Namun realisasinya, ajaran-ajaran Al-Kitab itu tidak diamalkan dan hukum-hukumnya tidak ditegakkan di dalam masyarakat, hal ini disebabkan karena nilai-nilai kitab tersebut telah dirusak dan dikaburkan oleh pendeta dan rahib mereka, sehingga masyarakat tidak mengenal ajaran /nilai-nilai kitabnya secara benar.  Akibatnya, secara pasti, mereka keluar dari rel yang digariskan oleh Allah SWT.
Keberadaan kitab-kitab suci ketika Al-Quran diturunkan adalah sebagai berikut:

1. Telah ditahrif dari tempat-tempatnya.


Sebagaimana Firman Allah SWT  di bawah ini:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ  ا لْكِتَابِ يَشْتَرُونَ الضَّلاَلَةَ وَيُرِيدُونَ أَنْ تَضِلُّوا السَّبِيلَ(44) وَاللهُ أَعْلَمُ بِأَعْدَائِكُمْ وَكَفَى بِاللهِ وَلِيًّا وَكَفَى بِاللهِ نَصِيرًا(45) مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ  ا لْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللهُ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللهُ بِكُفْرِهِمْ فَلاَ يُؤْمِنُونَ إِلاَّ قَلِيلاً(46)
“Apakah kamu tidak memperhatikan  kepada orang-orang yang telah diberi bahagian Al-Kitab  (Taurat?) Mereka membeli kesesatan dengan petunjuk dan mereka bermaksud agar kamu tersesat dari jalan yang benar. Dan Allah lebih mengetahui daripada kamu tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi pelindung bagimu. Dan cukuplah Allah menjadi penolong bagimu. Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak menurutinya. ...”. (4:44-46).
Makna kalimat “yuharrifu kalamallahi ’an mawadhi’ihi” (merubah perkataan dari tempat-tempatnya) adalah  mena’wilkannya dengan kebatilan, atau menyelewengkan maksud ayat dari konteknya.

2. Ajaran-ajarannya disembunyikan.


Sebagaimana firman Allah di bawah ini:
الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ  ا لْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ  ا لْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ(146) 
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah kami beri Al-Kitab  mengetahui Muhammad seperti mereka mengetahui anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui”. (2:146).
Dalam dalam ayat di atas, mereka (pendeta dan rahib) faham benar tentang akan datangnya seorang nabi (yaitu Nabi Muhammad saw) yang tertera dalam kitab sucinya, namun kebenaran itu mereka sembunyikan, sehingga masyarakat tidak memahami kebenaran itu.

3. Ditalbis dengan kebatilan.


Sebagaimana firman Allah SWT  di bawah ini: 
يَاأَهْلَ  ا لْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللهِ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ(70) يَاأَهْلَ  الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ  ا لْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ ا لْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ(71)
“Wahai ahli kitab, kenapa kamu kafir kepada ayat-ayat Allah, padahal kamu menyaksikan. Wahai ahli kitab, kenapa kamu campur adukkan antara hak dan batil dan engkau sembunyikan yang hak, padahal kamu mengetahui?”. (3:70-71).
Karena Keberadaan Al-Kitab yang beredar dimasarakat tidak bisa dipertanggung jawabkan keberanan dan kemurniannya akibat perbuatan pendeta dan rahib itu, maka Allah menurunkan Al Quran untuk membenarkan dan meluruskan kembali ajaran-ajaran yang telah diselewengkan.

Sebagaimana firman Allah:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِ ا لْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ  

“... Dan Kami telah turunkan al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, dan batu uji bagi kitab-kitab yang lain itu...”. (5:48).






Load disqus comments

0 comments