Wednesday, 29 March 2017

Percakapan IBLIS dan ROSULLULLOH SAW


Dialog Iblis dengan Rasulullah SAW A'uudzubillaahi mina as-syaithooni ar-rojiimi... 

Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal ra., dari Ibnu Abbas ra. yang berkisah: kami bersama Rosululloh saw. di rumah salah seorang sahabat Anshor, di mana saat itu kami di tengah-tengah para jama’ah. Lalu ada suara memanggil dari luar, “Wahai para penghuni rumah, apakah kamu mengijinkanku masuk? Sebab kamu membutuhkanku.” 

Rosululloh saw. bertanya kepada para jama’ah, “Apakah kalian tahu siapa yang memanggil dari luar itu?”. Mereka menjawab, “Alloh dan RosulNya yang lebih tahu.” Lalu Rosululloh menjawab, “Ini adalah iblis terkutuk, semoga Alloh melaknatnya.” Kemudian Umar ra. meminta ijin kepada Rosululloh sembari berkata: “Ya Rosululloh, apakah engkau mengijinkanku untuk membunuhnya?”. Beliau menjawab, “Bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa ia termasuk makhluk yang tertunda kematiannya sampai batas waktu yang telah ditentukan? Akan tetapi silakan kalian membukakan pintu untuknya, sebab ia diperintah untuk datang ke sini, maka pahamilah apa yang ia ucapkan dan dengar apa yang akan ia ceritakan kepada kalian.” 

Ibnu Abbas berkata, “Kemudian dibukakan pintu, lalu ia masuk di tengah-tengah kami. Ternyata ia berupa orang yang sudah tua bangka dan buta sebelah mata. Ia berjenggot sebanyak 7 helai rambut yang panjangnya seperti rambut kuda. Kedua kelopak matanya terbelah ke atas, sedangkan kepalanya seperti kepala gajah yang sangat besar, gigi taringnya memanjang seperti taring babi. Sementara kedua bibirnya seperti bibir kerbau. 

Ia datang sembari memberi salam, “Assalaamu’alayka ya Muhammad, Assalaamu’alaykum ya jama’atal muslimin,” kata iblis. Nabi saw. menjawab, “Assalaamu lillaah ya la’iin (keselamatan hanya milik Alloh, wahai makhluk yang terkutuk). Saya mendengar engkau punya keperluan kepada kami. Apa keperluan tersebut wahai iblis?” “Wahai Muhammad, saya datang ke sini bukan kemauanku sendiri, tapi aku datang ke sini karena terpaksa,” tutur iblis. “Apa yang membuatmu terpaksa harus datang ke sini wahai makhluk terkutuk?” tanya Rosululloh. 

Iblis menjawab, “Telah datang kepadaku seorang malaikat yang diutus Tuhan Yang Maha Agung di mana utusan itu berkata: ‘Sesungguhnya Alloh swt. memerintahmu untuk datang kepada Muhammad saw. sementara engkau makhluk yang rendah dan hina. Engkau harus memberitahu kepadanya, bagaimana engkau menggoda dan merekayasa anak cucu Adam, bagaimana engkau membujuk dan merayu lalu engkau harus menjawab segala apa yang ditanyakan Muhammad dengan jujur. Maka demi kebesaran dan keagungan Alloh, jika engkau menjawab dengan bohong, sekalipun hanya sekali, sungguh Alloh akan menjadikan engkau debu yang bakal dihempaskan angin, dan musuh-musuhmu akan senang’. 

Wahai Muhammad, maka sekarang saya datang untuk menjawab apa yang engkau tanyakan dengan jujur.” Rosululloh mulai melempar pertanyaan kepada iblis, “Jika engkau dapat menjawab dengan jujur, maka coba ceritakan kepadaku, siapa orang yang paling engkau benci?” Iblis menjawab dengan jujur, “Engkau wahai Muhammad, orang yang paling aku benci dan kemudian orang-orang yang megikuti agamamu.” “Lalu siapa lagi yang engkau benci?” tanya Rosululloh. “Seorang pemuda yang bertaqwa di mana ia mencurahkan dirinya hanya kepada Alloh swt.” jawab iblis. “Siapa lagi?” tanya Rosululloh. “Orang ‘alim yang waro’ (menjaga dari syubhat) lagi sabar,” jawab iblis. “Siapa lagi?” tanya Rosululloh. “Orang yang senantiasa melanggengkan kesucian dari 3 kotoran (hadats besar, hadats kecil, dan najis),” tutur iblis. “Siapa lagi?” tanya Rosululloh. “Orang fakir yang senantiasa bersabar, tidak pernah menuturkan kefakirannya kepada siapapun dan juga tidak pernah mengeluhkan penderitaan yang dialaminya,” jawab iblis. “Lalu dari mana engkau tahu dia bersabar?” tanya Rosululloh. “Wahai Muhammad, bila ia masih dan pernah mengeluhkan penderitaannya kepada sesamanya selama 3 hari, maka Alloh tidak mencatat perbuatannya dalam kelompok orang-orang yang sabar,” jawab iblis. “Lalu siapa lagi wahai iblis?” tanya Rosululloh. “Orang kaya yang bersyukur.” “Lalu apa yang bisa memberitahumu bahwa ia bersyukur?” “Bila saya melihat ia mengambil kekayaannya dari apa saja yang dihalalkan dan kemudian disalurkan pada tempatnya.” “Bagaimana kondisimu bila umatku menjalankan sholat?” 

“Wahai Muhammad, saya langsung gelisah dan gemetar.” “Mengapa wahai makhluk terkutuk?” “Sesungguhnya apabila seorang hamba bersujud kepada Alloh, sekali sujud maka Alloh akan mengangkat satu derajat kemuliaan. Apabila mereka berpuasa, maka saya terikat sampai berbuka kembali. Apabila mereka menunaikan haji, maka saya menjadi gila. Apabila membaca Al Qur’an maka saya meleleh seperti timah yang dipanaskan. Apabila bersedekah, orang yang bersedekah itu mengambil kampak lalu memotong saya menjadi dua.” 

“Mengapa demikian wahai Abu Murroh (julukan iblis)?” “Sebab dalam sedekah ada 4 perkara yang perlu diperhatikan: dengan sedekah itu Alloh akan menurunkan keberkahan dalam hartanya, menjadikan dia disenangi di antara makhlukNya, dengan sedekah itu pula Alloh menjadikan sesuatu penghalang antara dia dengan neraka dan akan menghindarkan segala bentuk bencana dan penyakit.” “Lalu bagaimana pendapatmu tentang Abu Bakr?” “Ia sewaktu jahiliyah tidak pernah taat padaku, apalagi sewaktu masuk Islam.” “Bagaimana dengan Umar bin Khottob?” 

“Demi Alloh, setiap kali bertemu dengannya pasti saya akan lari darinya.” “Bagaimana dengan ‘Utsman?” “Saya merasa malu terhadap orang yang para malaikat saja malu kepadanya.” “Bagaimana dengan Ali bin Abi Tholib?” “Saya berharap kepada Alloh untuk tak akan pernah dipertemukan olehnya.” “Segala puji bagi Alloh yang telah menjadikan umatku berbahagia dan mencelakakanmu sampai batas waktu yang telah ditentukan.” 

“Tidak dan tidak mungkin, di mana umatmu bisa bahagia sementara saya senantiasa hidup dan tidak akan mati sampai batas waktu yang telah ditentukan. Lalu bagaimana engkau bisa berbahagia terhadap umatmu, sementara saya bisa masuk kapan saja melalui aliran darah dan daging, sedangkan mereka tidak melihatku. 

Demi Tuhan, sungguh saya akan menyesatkan mereka seluruhnya, baik yang bodoh maupun yang alim, yang awam maupun yang bisa membaca Al Qur’an, yang nakal maupun yang rajin beribadah, kecuali hamba-hamba Alloh yang mukhlis (murni).” “Siapa menurut engkau hamba-hamba Alloh yang mukhlis?” Iblis menjawab dengan panjang lebar, “Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa orang yang masih suka harta dan suka dipuji maka ia belum murni kepada Alloh. 

Sesungguhnya seorang hamba selagi masih suka harta dan pujian, sementara hatinya selalu bergantung pada kesenangan dunia, maka ia lebih taat kepadaku. Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa cinta harta itu termasuk dosa yang paling besar? Kemudian cinta kedudukan adalah dosa besar juga. Saya mempunyai 70.000 anak, sedangkan tiap anak dari jumlah itu memiliki 70.000 setan. 

Di antara mereka ada yang saya tugaskan untuk menggoda ulama, menggoda para pemuda, menggoda para orang tua, anak-anak muda bagi kami tidak masalah, sedangkan anak kecil lebih mudah kami permainkan sekehendak kami. Di antara mereka juga ada yang saya tugaskan untuk menggoda orang yang tekun beribadah, menggoda orang yang zuhud. 

Mereka keluar masuk dalam kondisi yang berbeda, dan dari satu pintu ke pintu yang lain, sehingga mereka berhasil dengan menggunakan cara apapun. Saya ambil dari mereka nilai keikhlasan dalam hatinya sedang mereka beribadah tidak karena Alloh, sementara mereka tidak merasakan itu. 

Apakah engkau lupa wahai Muhammad kisah seorang rahib yang berbuat ikhlas selama tujuh puluh tahun, sehingga dengan doanya ia dapat menyembuhkan penyakit? Akan tetapi saya tak pernah putus asa menggodanya sampai ia sempat berbuat zina dan membunuhnya dan akhirnya mati dalam keadaan kafir. Itu semua berkat saya Muhammad. Kebohongan itu dari saya, saya adalah makhluk yang berbohong pertama kali. 

Orang yang berbohong adalah temanku, barang siapa yang bersumpah atas nama Alloh dengan berbohong, maka ia kekasihku. Menggunjing dan mengadu domba adalah buah santapan dan kesukaanku. Kesaksian dusta adalah penyejuk mataku. Barang siapa bersumpah dengan menceraikan istrinya (talak) maka hampir tidak bisa selamat, sekalipun hanya sekali. Andaikan itu benar karenanya orang membiasakan lidahnya mengucap kata-kata tersebut, istrinya haram baginya. Kemudian dari pasangan itu menghasilkan keturunan haram, sehingga semuanya masuk neraka karena gara-gara satu ucapan. 

Wahai Muhammad, sesungguhnya ada di antara umatmu yang menunda-nunda sholat. Ketika ia hendak menjalankan sholat maka saya selalu berada padanya dan mengganggunya, masih ada waktu, teruskan engkau sibuk dengan urusan dan pekerjaan yang engkau lakukan. Sehingga ia menunda sholatnya dan kemudian sholat di luar waktunya. 

Akibatnya ia akan memikul dosanya kelak. Kalau saya kalah, maka saya akan mengirim kepadanya salah seorang dari setan-manusia yang akan menyibukkannya. Kalau saya masih kalah juga maka saya diamkan sampai ia melakukan sholat. Ketika dalam sholatnya saya berkata: meliriklah ke kanan dan ke kiri, akhirnya ia melirik. Maka pada saat itu wajahnya saya usap dengan tangan saya. 

Wahai Muhammad, engkau tahu kalau seseorang hanya melirik dalam sholatnya akan menanggung dosanya. Kalau dalam sholatnya ia mampu mengalahkan saya, sementara ia sholat sendirian, maka saya buat ia tergesa-gesa. Ia seperti ayam yang sedang makan, begitu tergesa-gesa. 

Kalau dalam sholat berjama’ah, ia akan saya buat mendahului imam karena kepalanya saya tarik. Jika saya masih kalah juga maka saya perintahkah meremas jemarinya, sehingga bersuara. Sesungguhnya ia termasuk orang yang bertasbih kepadaku. Kalau itu belum mempan juga, maka saya tiup hidungnya sehingga ia menguap. Saat itulah anak-anak saya masuk dan ia makin rakus dunia dan berbagai perangkapnya. 

Bagaimana umatmu bisa bahagia Muhammad, sedangkan saya perintahkan orang miskin untuk tidak sholat dan saya berkata padanya: sholat hanya kewajiban orang yang diberi nikmat, kemudian orang yang sakit, akan saya buat ia terlena akan salah satu ayat Alloh, 

“...... dan tidak apa-apa bagi orang yang sakit” [QS. An-Nur: 61] padahal tidak apa-apa di sini menyangkut tata cara normalnya, bukan tidak apa-apa untuk meninggalkan sholat. Sehingga ia merasa aman ketika meniggalkan sholat, padahal jika ia mati pada saat itu juga, ia termasuk orang yang kafir dan Alloh sungguh akan memurkainya. Bagaimana engkau merasa bahagia atas umatmu wahai Muhammad, sedangkan saya bisa memurtadkan 1/6 umatmu?" 

Kemudian Rosululloh meneruskan pertanyaan, “Wahai makhluk terkutuk, siapa temanmu?” “Orang yang suka makan riba.” “Lalu siapa teman dekatmu?” “Orang yang berzina.” “Siapa teman tidurmu?” “Orang yang mabuk.” “Siapa tamumu?” “Pencuri.” “Siapa utusanmu?” “Dukun, tukang sihir.” “Apa yang menyenangkan pandangan matamu?” “Orang yang bersumpah dengan talak.” “Siapa kekasihmu?” “Orang yang meninggalkan sholat jum’at.” “Wahai makhluk terkutuk, apa yang menyebabkan punggungmu patah?” “Suara ringkik kuda untuk berperang di jalan Alloh.” “Apa yang menjadikan tubuhmu meleleh?” “Taubatnya orang yang bertaubat.” “Apa yang membuat hatimu panas?” “Orang yang beristighfar kepada Alloh, baik siang atau malam.” 

“Apa yang membuatmu malu dan hina?” “Sedekah secara rahasia.” “Apa yang menyebabkan matamu buta?” “Sholat sunnah sebelum subuh.” “Apa yang membuat kepalamu pecah?” “Sholat berjama’ah.” “Siapa yang bisa membahagiakanmu?” “Orang yang meninggalkan sholat.” “Siapa orang yang celaka menurut engkau.” “Orang yang dermawan atas nama Alloh.” “Apa yang menyita pekerjaanmu?” “Majelis ta’lim.” “Bagaimana engkau makan?” “Dengan tangan kiri dan jemariku.” “Di mana engkau berteduh ketika panas?” “Di bawah kuku manusia.” “Berapa kebutuhan yang pernah engkau minta kepada Alloh?” “Sepuluh macam.” “Apa saja itu wahai makhluk yang terkutuk?” “Saya meminta agar saya bisa berserikat dengan anak cucu Adam dalam harta dan kekayaan dan anak-anak mereka. Akhirnya Alloh mengijinkanku berserikat dalam kelompok mereka.

“Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan pada anak-anak dan berilah janji mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan kepada mereka melainkan tipuan belaka.” [QS. Al Isro’: 64] Setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, maka saya akan ikut memakannya. Saya juga ikut memakan makanan yang bercampur riba dan haram serta segala macam harta yang tidak dimohonkan perlindungan kepada Alloh dari saya yang terkutuk. Setiap orang yang tidak memohon perlindungan kepada Alloh dari setan ketika bersetubuh dengan istrinya, maka saya akan ikut bersetubuh. Akhirnya melahirkkan anak yang mendengarkan dan taat kepada saya. Begitu pula orang yang mengendarai kendaraan dengan maksud mencari penghasilan yang tidak dihalalkan, maka saya adalah temannya.

“Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki.” [QS. Al Isro’: 64] Saya memohon kepadaNya agar saya punya rumah, maka kamar mandi adalah rumahku. Saya memohon agar saya punya masjid akhirnya pasar adalah masjidku. Saya mohon agar saya punya Al Qur’an, maka syair adalah Al Qur’anku. Saya mohon agar punya adzan, maka terompet adalah adzanku. Saya mohon agar punya tempat tidur, maka orang yang mabuk adalah tempat tidurku. Saya memohon agar diberi teman-teman dekat, maka orang yang menginfakkan hartanya untuk kemaksiatan adalah teman dekatku. 

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” [QS. Al Isro’: 27] Rosululloh saw. bertanya kepada iblis, “Andaikan tidak setiap apa yang engkau ucapkan itu didukung oleh ayat-ayat dari kitab Alloh, tentu aku tidak akan membenarkanmu.” Lalu iblis berkata lagi, “Wahai Muhammad, saya memohon agar saya bisa melihat anak cucu Adam tetapi ia tidak dapat melihatku. Kemudian Alloh menjadikanku bisa mengalir melalui aliran darah mereka. Diriku bisa berjalan sesuai dengan kehendakku ke mana saja dengan cara apapun. Sesungguhnya orang yang mengikutiku lebih banyak dari orang yang mengikutimu. Saya mempunyai anak bernama Atamah (semoga Alloh melaknatnya), ia akan kencing di mata umatmu sehingga mereka tertidur dan akhirnya meninggalkan sholat isya’. 

Andaikan tidak karenanya tentu manusia tidak akan tidur lebih dahulu sebelum sholat ‘isya’. Saya juga punya anak yang bernama Mutaqadhi (semoga Alloh mengutuknya) tugasnya untuk membangkitkan keinginan umatmu untuk memamerkan harta dan kelebihannya, sehingga Alloh akan membatalkan 99 dari 100 pahala. Kemudian anak saya yang lain Kuhyal (semoga Alloh mencelakakannya) di mana ia bertugas mengusapi celak mata umatmu ketika berada di majelis ta’lim dan ketika sholat jum’at, sehingga ia tertidur dan tidak mendengarkan khotib dan hilanglah pahalanya. Setiap kali ada perempuan keluar rumah, sesungguhnya ada ribuan pasukanku yang mengikutinya. Mereka ada yang duduk di pinggulnya, di buah dadanya, di bibirnya, di kukunya dan di lain tempat yang membuat perempuan itu menarik secara dunia. Sehingga dia menabur maksiat yang siap disantap oleh para pemuda. 

Lain halnya dengan umatmu yang berjilbab, tentu saya menggodanya tidak lewat cara itu, karena tubuhnya tertutup sangat sulit bagi saya jika masih menerapkan cara itu. Wahai Muhammad, sebenarnya saya tidak bisa menyesatkan sedikitpun. Akan tetapi saya akan bisa mengganggu dan menghiasi, mengotori pikirannya dan menjanjikan janji-janji palsu. Seandainya saya memiliki kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tak akan membiarkan segelintir manusia di muka bumi ini masih sempat mengucap syahadat. 

Tidak ada lagi orang yang sholat dan puasa. Sebagaimana engkau Muhammad, tidak berhak memberi hidayah sedikitpun kepada siapapun. Akan tetapi tugasmu sama dengan tugasku yaitu mengajak. Engkau adalah utusan dan penyampai amanat dari Alloh. Andaikan engkau mempunyai kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir kafirpun di muka bumi. Engkau adalah sebagaimana argumentasi (hujjah) Alloh terhadap makhlukNya. Sementara saya hanyalah menjadi sebab celakanya orang.” Lantas Rosululloh saw. berkata kepada iblis, “Wahai Abu Murroh (iblis), apakah engkau masih ingin bertaubat dan kembali kepada Alloh, sementara saya akan menjaminmu masuk syurga.” Iblis menjawab: “Wahai Rosululloh saw, ketentuan adanya aku adalah untuk mempertegas adanya engkau, begitu juga sebaliknya. Itulah hukum yang ditetapkan Alloh dan aku menikmatinya. Ketentuan telah memutuskan dan qalam telah kering dengan apa yang terjadi seperti ini hingga hari kiamat nanti. Maka maha suci Alloh yang telah menjadikan engkau sebagai tuan para nabi dan khotib para penduduk surga. 

Sementara diriku dijadikan tuan orang-orang yang celaka dan khotib para penduduk neraka. Saya adalah makhluk celaka dan terusir. Ini adalah akhir dari apa yang saya beritahukan kepada engkau, dan saya mengatakan sejujurnya.” [diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal dari Ibnu Abbas]

*** Dikutip dari Syajaratul Kaun, doktrin tentang pribadi manusia pilihan, Muhammad saw. yang ditulis oleh Asy-Syaikh Al-Akbar Muhyidin Ibnu Arabi Abdullah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali Al-Hatimi Ath-Tha'i Al-Andalusia), 


Load disqus comments

0 comments