شهادتين و بالأدلتها
Dalil-Dalil Syahadatain
Muqaddimah
Sa
|
lah satu perkara yang sangat
penting untuk diketahui dalam islam ialah syariat syahadatain, syahdatain
adalah pintu gerbang masuknya seseorang kedalam islam,karena ia perkara yang
besar,maka tidak dihukumi islam seseorang kecuali dengan mengucapkannya dan
mengamalkan tuntunannya ,yang dengannya seorang yang berstatus kafir menjadi
muslim,sebagaimana yang disebut dalam kitab arkanul islam :
وَلاَ يَحْكُمُ بِإِسْلاَمِ شَخْصُ إِلاَّ بِالنَّطْقِ
بِهِمَا وَالْعَمَلُ بِمَقْتَضَاهُمَا، وَبِذَلِكَ يُصِيْرُ اْلكَافْرُ مُسْلِماً.
“
Tidak dihukumi seseorang dengan islam ( menjadi muslim ) melainkan dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengamalkan tuntutannya, yang demikian
menjadikan seorang kafir menjadi muslim ( dalam kitab Arkanul Islam,Artikel
keilmuan, universitas islam madinah al-munawaroh , bab : syahadat,hal.2,juz 1)
Namun syahadat yang
begitu penting dan perkara utama seakan terlupakan bahkan ditinggalkan oleh
sebagan umat yang mayoritas muslim.kalaupun syahada hanya difahami secara
farsial ( juz’iyyah ) tidak utuh dan sebenarnya,hingga ucapan syahadat hanya
sekedar dikir tanpa makna dan tuntunan dan pengamalannya hanya sebatas ritual disaat
sendirian,sholat dan istighosah. Yang tidak mampu membekas apalagi merubah
keadaan islam dan umat islam ke tingkat derajat yang lebih mulia. Bagaimana
kita memahami syahadatain dengan benar sesuai pemahaman yang tepat berdasar
sumber utama,dan ijma ulama tauhid…?.berikut penjelasan materi syariat
syahadatain,
I. Al-qur’an
I. Al-qur’an
Dalil-dalil
umum tentang syahadat laa ilaha illallah
18. Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Qs: Ali-Imran ayat 18 )
Penjelasan ayat
:
{ شهد ا لله انه لااله الا الله} الآية فَإِنَّهُ
يُجَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ
اللهُ تَعَالَى : عَبْدِي عَهْدٌ اِلَيَ عَهْدًا وَاَنَا أَحَقَّ مَنْ وَفَّى ، أَدْخَلُوْا
عَبْدِي اَلْجَنَةَ ،
Muhammad Ali ash-Shabuni
menjelaskan dalam kitab Sofwah at-Tafasir bahwa ” Syahidallahu annahu laa
ilaha illa huwa. Bahwa ayat ini
menjelaskan,sesungguhnya orang yang
menyatakan ( syahadat tauhid ) maka didatangkan pada hari kiamat.lalu Allah
Azza wa jalla berfirman: “ Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku ,dan Aku adalah
yang paling berhak menepati janji,masukanlah hamba-Ku ke syurga,”[1]
Syahadat yang dimaksud dalam
ayat diatas menurut ulama tafsir ialah sebuah perjanjian yang sifatnya mengikat
antara Allah dan hamba-Nya
25. Dan kami tidak mengutus
seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya
tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan
aku”.( Qs: Al-anbiyaa’ ayat 25 )
35. Sesungguhnya mereka
dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak
disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri,( Qs
: Ash-shaffat ayat 35)
Penjelasan Penting!
Dalam beberapa kitab Tauhid yang terkenal
,para ulama membahas bab syahadat dengan mengawali dalil naqli sebagai hujjah
utama ialah dengan surat Ali-imran ayat 18 ( Lihat tafsir salasah usul,fathul
majid,majmu atut-tauhid,)
Dengan kata lain syariat syahadatain menjadi
kajian yang cukup penting dari beberapa salaf,karena ia menjadi pilar awal
pembentukan kemusliman sejati.seandainya syahadat yang dimaksud orang islam
kebanyakan adalah sebuah kalimat yang hanya difahami sebatas sholat dan ritual
tradisi.tentulah para ulama tidak membahas dan mengkaji dengan disiplin ilmu
dana pemahaman yang mereka miliki,tentunya yang ditarik benang merah disini
ialah bukan kealfaan para ulama yang tidak membahas syahadat dengan detail,tapi
kebodohan umat terhadap islam yang sudah mentradisi. ( lihat Qs;5/104.)
II.
Hadits
Dalil-dalil umum
tentang syahadat
1)
Hadits tentang rukun islam
عَنْ
أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَابِ رضي الله عنهما قال: سَمِعْتُ
رسولَ ا لله صلى الله عليه وسلم: بُنِيَ ا ْلإِ سْلاَ مُ عَلَى خَمْسٍ شَهَا دَ ةِ
اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا لله وَ اَ نَ مُحَمَّدً ا ا لرَّ سُو لُ ا للهِ وَ اِ
قَا مِ ا لصَّلاَ ةِ وَ اِ يْتَاءِ ا لزَّ كَا ةِ وَ حِجِِّ ا لْبَيْتِ وَ صَوْ مِ
رَ مَضَا نَ ( رواه البخارى و مسلم)
Dari Abi Abdi ar-Rahman bin Ibnu Umar Ibni Khattab Ra. Berkata : “ Aku telah mendengar bahwa Rasulullah Saw pernah berkata “ (( Islam dibangun di atas lima perkara yaitu mengucapkan syahadat tidak ilah selain Allah dan bahwasanya Muhammad Rasulullah serta mendirikan shalat, menunaikan zakat, shaum di bulan ramadhan dan menuaniakan haji ke Baitullah.)) “[2]
Dari Abi Abdi ar-Rahman bin Ibnu Umar Ibni Khattab Ra. Berkata : “ Aku telah mendengar bahwa Rasulullah Saw pernah berkata “ (( Islam dibangun di atas lima perkara yaitu mengucapkan syahadat tidak ilah selain Allah dan bahwasanya Muhammad Rasulullah serta mendirikan shalat, menunaikan zakat, shaum di bulan ramadhan dan menuaniakan haji ke Baitullah.)) “[2]
2)
Hadits tentang akhir hayat Abu Thalib Paman Nabi Muhammad
Saw
عَنْ
إِبْن المسيب عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبِ الْوَفَاةُ, جَاءَهُ
رَسُوْلُ اللهِ ص.م, وَعِنْدَهُ عَبْدُالله بنُ أُُمَيَّةَ وَأَبُوْ جَهْلٍ, فَقَالَ
لَهُ: يَا عَمِّ ! قُلْ لاَ إله إلاّ الله،كلمة أشهد لك به عند الله )). فَقاَلَ
أبو جهل عَبْدُ الله بنُ أُُمَيَّةَ :يَا
أَبَا طَالِبٍ؟! أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَلِب؟!فَلَمْ يَزَلْ رسول
الله صلى الله عليه وسلم يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ وَيُعِيْدُ لَهُ تِلْكَ الْمَقَالَةَ،حَتىَّ
قَالَ اَبُوْ طَالِِبٍ آَخَرَ مَا كَلَّمَهُمْ: هُوَ عَلَى مِلِّةِ عَبْدِ الْمُطَالِبِ،
وَأَبَى أَنْ يَقُوْلَ: لاإله إلاّ الله. فَقَالَ النَّبِى ص.م: "لأَسْتَغْفِرَنَّ
لَكَ مَالَمْ أَنْهَ عَنْكَ" فَأَنْزَلَ الله عَزَ وَجَل{, مَاكَانَ لِلنَّبِى
وَالَّذِيْنَ آمَنُوا أنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِين} وَأَنْزَلَ الله فِى اَبِى
طَالِب {إنَّكَ لاَ تَهْدِى مَن أحببت وَلَكِن الله يَهْدِى مَن ْيَشَا}
“ Dari Sa’id bin al-Musayyab Ra., dari Ayahnya Ra.,ia berkata tatkala Abu Thalib menjelang ajal: Rasulullah Saw mendatangi Abu Thalib lalu beliau dapati Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Ummayah bin al-Mughirah di sisi Abu Thalib,kemudian Rasulullah Saw.mengatakan,” Wahai Paman! Ucapkanlah Laa Ilaha Illallah,sebuah kalimat yang akan kupersaksikan untukmu di sisi Allah.” Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Ummayah mengatakan,” Hai Abu Thalib! Apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?” kemudian Rasul Saw menyodorkan kembali kalimat syahadat Laa Ilaha Illallah kepada Abu Thalib dengan mengulang-ulangnya sehingga Abu Thalib tetap berpaling dari kalimat tersebut, dan dia ( Muhammad ) kembali kepada Abu Thalib dengan perkataan tadi.sampai Abu Thalib mengatakan sesuatu di akhir kepada mereka” Dia ( Muhammad ) adalah menganut agama Abdul Muthalib ,Lalu Abu Thalib enggan mengucapakan laa ilaha illallah,lalu Rasul Saw mengatakan “ Demi Allah,aku akan memintakan ampun untukmu selama tidak dilarang,maka Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat di dalam surat At-taubah ayat 113 dan surat Al-qoshosh ayat 56 ) [3]
3) Hadits tentang di
utusnya Duta dakwah Muadz bin Jabal ke Yaman
وَعَنْ
ابْنِ عَبَّاسِ رضي الله عنهما ان رسول
الله صلى الله عليه وسلم لما بعث معاذا إلى اليمن قال " إِنَّكَ تَأتِي قَوْمًا
مِنْ اَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلُ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ اَنْ
لاَ اِلَهَ اِلاَّاللهُ،" وَفِى رِوَايَةٍ إِلَى أَنْ يُوَحَّدُوااللهً – فًإٍنْ
هُمْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ اَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ
صَلَوَاتِ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ،فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ
اَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةٍ تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَا عِهِمْ فَتُرَدُّ
عَلَى فُقَرَاعِهِمْ ...
( H.r Bukhari
& Muslim dalam kitab terjemah Fathul Majid Bab: Dakwah kepada Syahadat Laa
Ilaha Illallah )hal.155
Ø Pendapat Imam
An-nawawi Rh.
: ” فًإٍنْ هُمْ
أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ اَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ
صَلَوَاتِ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ
قَالَ اَ لنَّوَوِي
مَامَعْنَاهُ : أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى اَنَّ الْمُطَا لَبَةَ بِالْفَرَائِضِ فِى
الدُّنْيَا لاَ تَكُونُ إِلاَّ بَعْدَ ا ْلإِسْلاَمِ
Imam An-Nawawi Rh. Dalam mengomentari
hadits muadz bin Jabal di atas mengatakan : ” Hadits ini menunjukkan bahwa
menjalankan kewajiban di dunia tidak akan berlaku kecuali setelah Islam”( dalam
kitab fathul majid,bab: dakwah kepada syahadat laa ilaha illallah )
4) Hadits tentang
memerangi manusia untuk mengucapkan kalimat syahadat
اُمِرْتُ
أَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا : لاَ اِلَهَ اِلاَّ ا للهُ فَإِذَا قَالُوْا
هَا عَصَمُوْا دِمَاعَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ اِلاَّ بِحَقِّهَا...
“ Aku diperintah untuk memerangi manusia
sampai mereka mengatakan kalimat Laa ilaha illallah,maka jika mereka telah
mengucapkannya terlindungilah darah mereka dan harta mereka kecuali dengan
haknya…” [4]
III.
Aqwal ‘ulama ( Perkataan
ulama Tauhid ) Tentang syahadat
1)
At-Tajus As-Subki dalam kitab Irsyadul Ibadnya
mengatakan dalam bab Iman :
“ Bahwa tidak dipandang syah
amalan anggota tubuh ( berupa shalat, haji, zakat dll ) jika tidak
disertai iman dalam hati, dan tidak dipandang sah iman dalam hati jika tidak
disertai “ucapan dengan lisan “
dua kalimah syahadat secara nyata . “
قال التاج السبكي: الإسلام أعمال
الجوارح، ولا يعتبر إلَّا مع الإيمان والإيمان تصديق القلب، ولا يعتبر إلَّا مع التلفظ
بالشهادتين. ونقل النووي في شرح مسلم اتفاق أهل السنة من المحدّثين والفقهاء والمتكلمين
على أن من آمن بقلبه، ولم ينطق بلسانه مع قدرته كان مخلداً في النار انتهى.
An-nawawi rh berkata dalam kitab syarah muslim,: “ telah sepakat ahlu
sunnah dari muhadisin dan fuqaha dan ahlu kalam,sesungguhnya orang yang hanya
beriman dengan hatinya,namun tidak mengucapkan dengan lisannya padahal mampu/sanggup
( melakukannya),maka kekal dalam neraka.Selesai.[5]
2)
Dalam Kitab Al-Hushunul Hamidiyah mengatakan : “ Bahwa
mengucapkan/ mengikrarkan dua kalimat syahadat”dengan lisan”
adalah syarat bagi seseorang untuk diberlakukan hukum – hukum Islam atasnya. “ (
Di Kutip dalam buku Al-Islam Jilid I,Karya Tgk Hasbi Ash-shiddiqy )
3)
Imam Muhammad Bin Abdul Wahab Rh; “ Kalimat Laa
ilaaha illallah tidak akan bermanfaat bagi orang yang mengucapkan, jika tidak
memahami makna kandungan, tuntunannya, dan syarat syahnya. ( Dalam Kitab
Fathul Majid )
4)
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rh.
Mengatakan dalam Kitab “ Ad-Durar “
وَ
مُجَرَ دُ بِلَفْظِ ا لشَهَا دَ ةِ مِنْ غَيْرِ عِلْمٍ بِمَعْنَا هَا وَ لاَ
عَمَلَ بِمَقْتَضَا
هَا لاَ يَكُو نُ ا لْمُكَلَفُ مُسْلِمًا.وَ مَنْ شَهِدَ اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاَ
ا للهُ وَ عَبَدَ غَيْرَ هُ مَعَهُ فَلاَ شَهَا دَ ةَ لَهُ وَ إِ نْ صَلَى وَ زَ
كَى وَ صَا مَ وَ آ تىِ بِشَيْئٍ
مِنَ اَ عْمَا لِ اْ لاِ سْلاَ مِ
“ Sekedar mengucapkan lafazh
syahadat tanpa mengetahui maknanya dan tanpa mengamalkan tuntunannya, maka itu
tidak membuat seseorang menjadi muslim, maka siapa yang bersaksi, mengucapkan
dua kalimat syahadat Tidak ada Ilah selain Allah yang berhaq disembah, sedang
dia masih beribadah kepada selain Allah (melakukakan kesyirikan) maka
syahadatnya tidak dianggap meskipun dia shalat, zakat, shaum dan melaksanakan
sebagian ajaran Islam.
إِ
نَ ا لنَطَقَ بِهَا مِنْ غَيْرِ مَعْرِ فَةِ مَعْنَا هَا وَ لاَ عَمَلَ
بِمْقَتَضَا هَا مِنَ َاْ لتَِزَ ا مِ ا لتَوْ حِيْدِ وَ تَرَ كَ ا لشِرْ كِ
وَ اْ لكُفْرَ بِا لطَا غُو تِ فَإِ نَ ذَ لِكَ
غَيْرُ نَا فِعٍ باِ ْلاِ جْمَاعِ
Sesungguhnya mengucapkan
kalimat Laa Ilaha Illallaah tanpa disertai pengetahuan ( ilmu ) akan maknanya
dan tidak mengamalkan tuntunannya berupa komitmen dengan tauhid dan
meninggalkan syirik serta mengkufuri thagut maka sesungguhnya pengucapan itu
tidak bermanfaat berdasar ijma para Ulama’ “
Dari perkataan ulama dapat diambil hukum bahwa “
Syahadat “ adalah syarat sah diterimnya amal,dan sebagai syarat sah keislaman
secara syar’i
IV. Kewajiban Menegakkan syariat
Syahadat dengan mengikrarkan secara zhahir
Perkataan Syaikh
Muhammad al-Sanusi, tentang wajibnya
ikrar syahadat bagi Muslim Kauni atau Muslim Keturunan
فاَعْلَمْ
اَنَّ النَّاسَ عَلَى ضَرْبِيْنَ مُؤْمِنُ وَكاَفِرٌ أَمَّا الْمُؤْمِنُ بِاْلأَصَالَةِ
فَيَجِيْبُ عَلَيْهِ اَنْ يُذْكَرَهَا فِى الْعُمُرِ مَرَّةً وَاحِدَةً يُنْوِى فِى
تِلْكَ الْمَرَةِ بُذْكَرَهَا الْوُجُبُ وَ
إِنْ تَرَكَ ذَلِكَ فَهُوَ عَاصٍ.
“ Ketahuilah,bahwa manusia terbagi menjadi 2 golongan mu’min dan
Kafir,adapun mu’min ( yang berstatus keturunan ),maka wajib mengucapkan dua
kalimat syahadat sekali seumur hidupnya yang diniatkan untuk menjalankan
kewajiban syariat lainnya,dan jika ia menolak ( enggan bersyahadat ),maka dia
telah bermaksiat.
[Dikutip dalam buku menegakkan syariat syahadat,penulis oleh Umar Zia ul Haq,dalam kata pengantar]
[Dikutip dalam buku menegakkan syariat syahadat,penulis oleh Umar Zia ul Haq,dalam kata pengantar]
Menurut Syaikh Muhammad Abdul Wahab Rh.bahwa keislaman terbagi menjadi
dua yaitu : Islam kauni dan Islam Syar’i,
adapun islam kauni islam yang berdir atas dasar pijakan lingkungan dan
keadaan dari orang tua,sebagaimana islamnya alam dan makhluk hidup yang lainnya
secara fitrah penciptaan,
sedangkan islam syar’i ialah keislaman yang berpijak atas dasar tuntunan
syariat yang berdasar petunjuk ajaran Al-qur’an[6]
Ø Pendapat Ibnu
Taimiyah Rh.
قال
شيخ الإسلام إبن تيمية :
وَقَدْ عُلِمَ بِاْلاِضْطِرَارِ مِنْ دِيْنِ الرَّسُولِ صلى الله عليه وسلم وَاِتَِّفَقَتْ
عَلَيْهِ اْلأُمّةُ أَنَّ أَصْلَ اْلإِسْلاَمِ وَأَوَّلَ مَا يُؤْمَرُ بِهِ الْخَلْقَ
: شَهَادَةُ أَنَ لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله فَبِذَلِكَ يَصِيْرُ الْكَافِرُ
مُسْلِمًا وَالْعَدُوُّ وَلِيًا وَالْمُبَاحُ دَمَهُ وَمَالَهُ : مَعْصُومُ الدَّمَ
وَالْمَالَ ثُمَّ إِنْ كَانَ ذَلِكَ مِنْ قَلْبِهِ فَقَدْ دَخَلَ فِى اْلإِيْمَانِ
وَإِنْ قَالَهُ بِلِّسَانِهِ دُوْنَ قَلْبِهِ فَهُوَ فِى ظَاهِرٍ اْلإِسْلاَمِ دُوْن
بَاطِنٍ اْلإِيْمَانِ قَالَ : وَأَمَّا إِذَا لَمْ يَتَكلّمُ بِهَا مَعَ الْقُدْرَةِ
فَهُوَ كَافِرٌُ بِاتِّفَاقِ الْمُسْلِمِيْنَ بَاطِنًا وَظَاهِرًا عِنْدَ سَلَفِ اْلأُمَّةِ
وَأَئَمِّتِهَا وَجَمَاهِيْرِ الْعُلَمَاءِ
Telah
diketahui dengan pasti dari dinurrosul
dan sepakat seluruh ummat (shahabat ) bahwa dasar islam dan yang pertama diperintahkan kepada
manusia adalah syahadat شهادة أن لا إله إلا الله وأن
محمدا رسول الله karenanya dengan syahadat yang kafir jadi muslim, musuh jadi pelindung,
orang yang halal darah dan hartanya menjadi terlindungi darah dan hartanya. Kemudian
jika hal itu keluar dari hatinya,maka ia sungguh telah beriman.jika
mengucapkannya dengan lisan tanpa hati,maka ia menampakan keislaman tanpa ada
iman dalam hati ( ia Munafiq),Dia berkata ( Ibnu Taimiyah ),” dan jika tidak
mengucapkannya padahal ia mampu,maka ia adalah kafir lahir bathin menurut
kesepakatn kaum muslimin,pendahulu umat,imam mereka dan meyorita ( Lihat Fathul majid hal 78 )
IV.
Istinbath Hukum
Pengambilan
Hukum Tentang syariat syahadat
Berdasarkan
bukti-bukti dari nash Al-qur’an dan Hadits serta hujjah dari perkataan ulama.maka
secara hukum dapat diambil ketetapan hukum qathi’
Dalam qaidah ushul fiqih ada ketetapan
hukum terhadap dalil naqli ( nash
al-qur’an dan hadits ) dikatakan oleh ulama ushuliyin : “ Bahwa wajib
mengamalkan nash ayat Qur’an dan hadits Nabi berdasarkan keumuman &
kemuthlaqannya selama tidak ada dalil yang mengkhususkan dan mengikatnya,wajib
mengamalkan nash ayat dan hadits sesuai dengan yang ditunjukkannya selama tidak
ada dalil yang menyelisihinya.,jika terdapat dalil umum yang muncul karena
sebab khusus,maka yang disepakati ulama ushul ialah wajib mendahulukan
keumumannya.sebagaimana Qaidah ushul yang berbunyi
اَلْعِبْرَةُ بِعُمُومِ الَّفْظِ لاَ بِخُصُوصِ السَّبَابِ
اَلْعِبْرَةُ بِعُمُومِ الَّفْظِ لاَ بِخُصُوصِ السَّبَابِ
Sedangkan dalam istilah ushul
penyebutan tentang lafazh umum disebut ‘Am.adapun maknanya menurut ushul fiqih
ialah
الَلفْظُ
اَلْمُسْتَغْرِقُ لِجَمِيْعِ أَفِرَادِهِ بِلاَ حَصْرٍ
“Lafal yang mencakup semua
jenis ( seluruh makhluk ) tanpa ada batasan yang mengikat”
V.
Hakikat Syahadat Secara
Syar’i
- Pengertian
Syahadat
Ø Makna secara
bahasa :
شهد- يشهد – شها د ة – مشا هد ة ج شهود
Makna
Syahadat yang dimaklumi oleh ulama Tauhid ialah bermakna : Persumpahan atau
Persaksian ( Bersumpah atau bersaksi )
الشهادة
: الإقرار و البيان
Pengakuan
& Penjelasan
(
Muhammad Ali as-Shabuni,Shofwatu at-Tafasir.Hal.173,)
شَهِدَ
أي : بين وأعلم . قال الزجاج : الشاهد هو الذي يعلم الشيء ،
syahadat artinya menerangkan
dan mengumumkan,berkata az-zujaz : As-syahid ialah orang yang mengetahui
sesuatu.[8].syahadat diartikan
sebuah penjelasan atau pengumuman dari
manusia terhadap Allah yang meyakini tentang keberadaan Allah yang didasari pemahaman ( kelimuan) .
Ø Makna Syahadat
secara syar’i ( menurut pandangan Ulama )
مَعْنَى شَهَادَةُ أن لا إله
إلا الله.هو
النَّطْقُ بِهَا مَعَ الْعِلْمِ بِمَعْنَاهَا وَالْعَمَلُ بِمَقْتَضَاهَا بَاطِناً
وَظَاهِراً، أَمَّا النَّطْقُ بِهَا مِنْ غَيْرِ مَعْرِفَةٍ بِمَعْنَاهَا وَلاَ عَمَلُ
بَمَقْتَضَاهَا فَإِنَّهُ غَيْرُ نَافَعٍ بِاْلإِجْمَاعِ
Makna syahadat bahwa tidak ada ilah
selain Allah adalah dengan mengucapkannya( secara lisan ) disertai ilmu akan
maknanya dan mengamalkan tuntutannya secara zhahir dan batin,adapun sekedar
mengucapkannya tanpa pengetahuan akan maknanya dan tidak mengamalkan berupa
tuntutannya ,maka sesungguhnya syahadat itu tidak ada manfaat (tidak sah secara
syar’i) berdasarkan kesepakatan ulama. ( Kitab Arkanul Islam,juz 1,bab :
syahadat,hal.2 )
Ø Syaikh Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baz mengatakan makna Syahadat
لا
اله ا لاا لله
SYAHADAT ialah : Pengakuan,Pembenaran,dan
keyakinan bahwa Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Swt tiada sekutu
bagi-Nya. Jadi makna secara menyeluruh ialah “ Keyakinan dan Pengakuan bahwa tidak ada yang berhak
diabdi kecuali Allah lalu berkomitmen dengannya dan mengamalkan tuntunannya dan
tidak mempersekutukan-Nya.inilah Hakikat Laa ilaha Illallah.[9]
Ø Syaikh Abdul
Jabbar ‘ala madzahab as-syafi’i mengatakan :
شَهَا
دَ ةُ اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهُ اَ عْتَقِدُ اَ نَّ ا للهَ وَا حِدٌ لاَ شَرِ
يْكَ لَهُ فِى عِبَا دَ تِهِ وَ لاَ فىِ مُلْكِهِ
“Syahadat Dengan mengucapkan
Laa ilaha Illallah ialah mengakui bahwa Alloh adalah esa & tidak ada sekutu
bagi-Nya dalam ibadah & pemerintahan-Nya “[10]
Penjelasan
Penting!
Kandungan makna syahadat
menurut penjelasan di atas.bahwa nilai dasar SYAHADAT yang syar’i ialah
yang dilandasi pengetahuan maknanya dan menuntut pembersihan aqidah dari syirik
Uluhiyah dan syirik Mulkiyah.jika tidak
terpenuhi dua aspek ini atau salah satunya saja,maka dianggap masih berstatus MUSYRIK,Sebaliknya
seorang dikatakan MUWAHID jika mentauhidkan Allah pada aspek Uluhiyah
dan aspek Mulkiyah
VI.
Rumusan syahadat menurut
para ‘Ulama Tauhid
Sesungguhnya mengucapkan kalimat
Laa Ilaha Illallaah tanpa disertai pengetahuan ( ilmu ) akan maknanya dan tidak
mengamalkan tuntunannya berupa komitmen dengan tauhid dan meninggalkan syirik
serta mengkufuri thagut maka sesungguhnya pengucapan itu tidak bermanfaat
berdasar ijma para Ulama’ “ (Lihat komentar di atas )
Bagaimana hakikat syahadatain
yang dituntut syar’I bagi setiap manusia…?
Syahadat yang dituntut menurut
syar’i ialah syahadat yang tidak sekedar
mengucapkan semata yakni syahadat
untuk ritual ibadah yang dilakukan umumnya kaum awwam .seperti : ritual
sholat,ritual kendurian,ritual nikah,dll.ritual amalan syahadat tersebut tidak
membawa manfaat terhadap amal dan keislaman,sungguhpun dengan lafazh yang sama
dan untuk perkara yang baik,namun para ulama tauhid memberikan penegasan
tentang nilai syahadat yang syar’i ialah
wajib dilandasi pemahaman yang benar serta tuntunan yang benar.
Berikut tuntunan syahadat secara
syar’i,sbb:
شُرُوطُ قَبُولِ الشَّهَادَتيَْنِ
Syarat diterimanya syahadat
لاَ بُدَّ فِى شَهَادَةٍ أن لا إله إلا الله مِنْ سَبْعَةٍ شُرُوطٍ لاَ تَنْفَعُ
قَائِلُهَا إِلاَّ بِاِجْتِمَاعِهَا أَحَدُهَا : اَلْعِلْمُ اَلْمُنَافِي لِلْجَهْلِ
الثَانِى : اَلْيَقِيْنُ اَلْمُنَافِي لِلشَّكِ الثَالِثْ : اَلْقَبُولُ اَلْمُنَافِي
لِلْرَدَ الرَابِعُ : َاَلاِنْقِيَادُ اَلْمُنَافِي لِلتَّرْكِ اَلْخَامِسُ : اَلإِخْلاَصُ
اَلْمُنَافِي لِلشِّرْكِ اَلسَّادِسُ : الصِِّدْقُ اَلْمُنَافِي لِلْكَذِبَ اَلسَابِعُ
: اَلْمَحَبَةُ اَلْمُنَافِيْ لِضِدِّهَا
وفيه دليل على أن التوحيد - الذي هو إخلاص العبادة
لله وحده لا شريك له وترك عبادة ما سواه
Disebutkan dalam kitab fathul
majid syarah kitab at-tauhid : “ dalam syahadat
laa ilaha illallah wajib memilki 7 syarat,tidak akan bermanfaat
mengucapkannya kecuali mengumulkannya semuanya. Yaitu ilmu menolak
kejahilan,yakin menolak keraguan,menerima menolak pengingkaran,tunduk menolak
meninggalkan/mbermaksiat,ikhlas menolak kesyirikan,benar menolak sifat
dusta/bohong,dan mencintai menolak kebencian atau permusuhuan[11]
- Bil
ilmi ( dengan Pengetahuan ) Qs :47/19
- Bil
Ikhlas ( dengan ketauhidan yang hanif ) Qs : 22/31
- Bil
Yakin ( dengan Keyakinan hati ) Qs : 15/99
- Bil
Sidqi ( dengan kebenaran ucapan & amal ) Qs :61/7
- Bil
Qabul ( dengan penerimaan hukum-2nya ) Qs:33/36
- Bil
Mahabbah ( dengan penuh kecintaan ) Qs : 3/31
- Bil
Inqiyadi ( dengan kethaatan ) Qs : 4/60
( Kitab Fathul
Majid )
Syarat ini menjadi bagian
ilmu tentang syahadatain yang wajib diketahui,tanpa adanya syarat ini,maka para
ulama sepakat syahadat tidak akan bermanfaat dunia dan akhirat,inilah yang
menjadi pengikat syahadatain.
Syarat sah sempurnanya syahadat Laa ilaha illallah
Kenapa syahadat harus
memenuhi syarat sah dan sempurnanya…? Telah dimaklumi dari beberapa keterangan
dalil yang dijumpai dalam hadits dan perkataan ulama.bahwa lafazh syahadatain
akan dianggap absah dan diterima secara syar’I,jika terpenuhi beberapa unsur
- Bil lisan ( dizahirkan dengan ucapan lisan ) : إقرار
بالسان ( Lihat penjelasan
& komentar para Ulama tentang kewajiban melafazhkan syahadat dengan
ikrar lisan ).
ولا يحكم بإسلام شخص إلا بالنطق
بهما والعمل بمقتضاهما، وبذلك يصير الكافر مسلماً.
Seseorang tidak
dihukumi islam kecuali jika ia melafazhkannya dan mengamalkan tuntunannya,yang
demikian itulah seorang yang kafir bisa menjadi muslim.[12]
- Bil Jamaah ( bergabung dengan
Jamatul Muslimin sebagai Daulah penegak perjuangan syahadat ),sebagaimana
dalil hadits Rasul
لاَ يَحِـلُّ دَ مٌ إِ مْرِئٍ مُسْلِمٍ
يَشْهَدُ اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاََّ ا للهِ وَ اَ نِِّـيْ رَ سُو لُ ا للهِ اِ
لاَ بِإِ حْدَ ئِ ثَلاَ ثٍ....ا لتَّا رْ كُ لِلدِِّ يْنِهِ وَ ا لْمُفَا رِ قُ
لِلْجَمَا عَةِ...
“ Tidak halal ( haram ) bagi seseorang
muslim darah & hartanya yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kecuali
dengan 3 perkara….. diantaranya ( salah satunya ) yaitu meninggalkan dinnya
(keyakinan ) & keluar dari jamaah.” ( H.R Muslim )
Hadits Rasul tersebut mengandung
nilai hukum,bahwa seorang Muslim akan sempurna nilai kemuslimannya manakala adanya
jamaah dan berkomitmen bergabung dengan jamaah.rusaknya nilai syahadat seorang
muslim ,jika keluar dari keyakinan yang dianutnya dan keluar dari jamaah yang
diperjuangkannya.
Persoalan yang mendasar, Jamaah
yang mana yang dimaksud hadits tersebut….? Tentunya jamaah syar’i sesuai minhaj
‘ala nubuwah yaitu jamaatul harakah wa daulah,jamaah yang berdiri diatas tauhid
laa ilaha illallah dan dibawah kepemimpinan islam.dalam istilah fiqih disebut
dengan : Imam,ulil amri,khalifah atau qiyadah ( lihat kitab Khalifah oleh
Rasyid Ridho dalam pembahasan bab : khalifah))
- Bil Syuhada ( Menghadirkan seorang
saksi ),yang dimaksud saksi disini dalam konteks bersyahadat ialah
sebagaimana yang dijelaskan dalam tafsir Al-Qurthubi Asy-syahid الشاهد ialah yang mengetahui sesuatu dan
menjelaskannya dalam hal ini tentang keesaan Allah[13].Adapun
yang dimaksud syahid disini ialah Ulul ilmi ( orang yang mengetahui akan
kebenaran syahadat laa ilaha illallah yakni ,para nabi dan Orang-orang beriman yang bertauhid )[14]
dengan kata lain: tidak mungkin dituntunt hadirnya seorang saksi dalam
syahadat kalau bukan orang yang memang memahami dan juga mengamalkan
tuntunannya
Siapakah yang dimaksud saksi/syuhada disini…? Saksi dalam konteks syahadat tentunya pemilik ilmu (
orang berilmu ),siapakah ulul ilmi tsb…?
Yaitu mu’min muwahid yaitu mu’min bertauhid yang mengetahui makna dan mengamalkan tuntunan syahadat,sebagaimana
penjelasan dalam tafsir surat ali-imran ayat 18
وَأُولُو الْعِلْم" مِنْ الْأَنْبِيَاء وَالْمُؤْمِنِينَ بِالِاعْتِقَادِ
وَاللَّفْظ "قَائِمًا" بِتَدْبِيرِ مَصْنُوعَاته وَنَصْبه عَلَى الْحَال
وَالْعَامِل فِيهَا مَعْنَى الْجُمْلَة أَيْ تَفَرَّدَ "بِالْقِسْطِ" بِالْعَدْلِ
"لَا إلَه إلَّا هُوَ" كَرَّرَهُ تَأْكِيدًا
Ulul ilmi : yaitu para nabi dan mu’min yang
meyakini tauhid dan mengucapkannya,dan yang menegakkan dengan adil kalimat Laa
ilaha illallah
- Bil Amali bimaqtadoha ( Mengamalkan tuntunannya ) yaitu berupa komitmen dengan Tauhid dan meninggalkan kesyrikan serta mengkufuri Thagut.sebagaimana penjelasan dalam Al-qur’an Surat Al-baqarah ayat 256: Mengamalkan tuntunan syahadat menjadi keharusan yang wajib dipenuhi dan dijalankan bagi mu’min bertauhid.namun jika hal ini tidak dijalani,maka keabsahan syahadat akan menjadi sia-sia,sebagaimana ungkapan ulama berikut ini
أما النطق بها من غير معرفة
بمعناها ولا عمل بمقتضاها فإنه غير نافع بالإجماع، بل تكون حجة عليه
Adapun
mengucapkan syahadat tanpa pengetahuan akan maknanya dan tidak menjalankan
tuntunannya,maka sesungguhnya syahadat itu tidak bermanfaat menurut
ijma.apalagi sebagai hujjah baginya.[15]
Rukun-Rukun Syahadat
Syaikh Abdul
Aziz bin Abdullah bin Baz,mengatakan bahwa ulama sepakat menentukan bahwa rukun
Laa ilaha Illallah ,ada dua:
- Menafikan ( meniadakan ) : Laa ilaaha ( Tidak ada ilah – yang berhak disembah )maksudnya membatalkan atau menggugurkan segala kesyirikan dalam semua bentuknya dan mewajibkan untuk mengingkari semua yang disembah selain Allah yang dinamakan THAGUT ( Lihat makna Thagut dan jenis-jenisnya dalam kitab Majmu Atut-Tauhid tentang risalah makna Thagut )
- Menetapkan , Illallah ( Kecuali
Hanya Allah saja ) maksudnya hanya Allah saja satu-satunya Abdian
Al-ma’bud yang berhak penuh untuk diibadahi dan dithaati
Pengertian rukun ini tertuang dalam Al-qur’an
“ Maka
Barangsiapa yang Ingkar atau Kafir pada Thagut – bermakna rukun pertama (
menafikan ) “ Dan hanya beriman kepada Allah saja – bermakna rukun kedua
( menetapkan )[16]
Rukun syahadat tauhid Laa ilaha illallah ada
dua perkara,sebagaimana bunyi dari hadits nabi berikut ini:
قوله : ( من قال لا إله إلا الله وكفر يما يعبد من
دون الله ) اعلم أن النبى صلى الله عليه و سلم علق عصمة المال والدم فى هذا الحديث
بأمرين
الأول : قول لا إله إلا الله
عن علم ويقين كما هو قيد فى قولها فى غير ما حديث كما تقدم
والثانى :
الكفر بما يعبد من دون الله فلم يكتف باللفظ المجرد عن المعنى بل لابد من قولها والعمل
بها
قلت : وفيه
معنى '2 : 256' { فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعروة الوثقى لا انفصام
لها }
قال المصنف
رحمه الله تعالى : ( وهذا من أعظم ما يبين معنى لا إله إلا الله فإنه لم يجعل اللفظ
بها عاصما للدم والمال بل ولا معرفة معناها مع لفظها بل ولا الإقرار بذلك بل ولا كونه
لا يدعو إلا الله وحده لا شريك له بل لا يحرم ماله ودمه حتى يضيف إلى ذلك الكفر بما
يعبد من دون الله فإن شك أو تردد لم يحرم ماله ودمه فيا لها من مسألة ما أجلها ويا
له من بيان ما أوضحه وحجة ما أقطعها للمنازع ) انتهى
- Kandungan
Syahadat ( Madlulul Syahadah ): مدلول
الشها دتين
- Iqrar = Ikrar yang berisi pernyataan
atau proklamasi berupa pembebasan diri dari ikatan jahili kepada
ikatan islami. Qs:3/18,81
- Al-Qasam = Ikrar yang mengandung sumpah,dengan mengakui
kebenaran tauhid dan menjalankan tuntunannya,Qs:63: 1-2
- Al-Mitsaq = Ikrar yang mengandung perjanjian,yaitu mengikhlaskan
beribadah kepada Allah dengan tidak mensekutukan-Nya.Qs:5:7
- Keutamaan
Syahadat ( Fadhoilusy-Syahadah )
- Madkhalu ila
islam اَلْمَدْخَلُ
إِلَى إِلإْسَلاَمِ
Pintu
Masuk Islam
Syaikh
Muhammad Abdul Wahab Rh Mengatakan :
فَأَوَّلَ
أَرْكَانُ أ لإِسْلاَمُ : شَهَادَةُ ان لا اله الا الله وَبِهَا يَدْخُلُ الْعَبْدُ
فِى إْلإِسْلاَمِ
“ Maka
rukun Islam yang pertama yaitu syahadat Laa ilaha Illallah dimana dengan
syahadat seorang hamba masuk ke dalam islam “ [17]
فَهُوَ أَوَّلُ وَاجِبٌ وَآخَرٌ وَاجِبٌ وَأَوَّلُ
مَا يَدْخُلُ بِهِ اْلاِسْلاَمَ
Syahadat ialah kewajiban awal dan akhir dan
perkara pertama pula yang memasukan seseorang ke dalam islam
- Khalashatu Ta’alimil Islam خَلاَصَةُ تَعَالِيْمِ
اْلإِسْلاَمِ
Intisari
(Ajaran Pokok ) Islam
Sebagaimana
Hadits Muadz bin Jabal yang mengajarkan syahadat terlebih dahulu kepada setiap
obyak dakwah ( Lihat dalil di atas )
- Asasul Inqilab
أَسَاسُ اْلإِنْقِلاَبِ
Nilai
dasar Perubahan/Reformasi Qs: 6 : 122
Nilai
dasar perubahan seseorang dikatakan sebagai hamba Allah,orang merdeka,dan
sebagai warga Allah,manakala ia mengakui dan mengikrarkan dua kalimat syahadat
dan menjalankan tuntunan kalimat tersebut ( Sayyid Quthb, Petunjuk Jalan,Bab
: Aqidah & kewarganegaraan )
- Haqiqatu Da’wah
ar-Rusul حَقِيْقَةُ
دَعْوَةِ الرُّسُلِ
Hakikat
Dakwah Para Rasul, Qs : 21: 25
- Fadhailu ‘Adzimah فَضَائِلُ
عَظِيْمَةُ
Keutamaan
yang Agung
Diantara
keutamaan agung Syahadat ialah :
- Memasukan hamba ke dalam
syurga,sebagaimana hadits Rasul
مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَ ا للهُ
وَهُوَ يَعْلَمُ دَخَلَ الْجَنَةَ
“ Barangsiapa yang mengucapkan laa
ilaha illallah sedangkan ia mengetahui ( ilmu & Tuntunannya ) niscaya masuk
syurga “ (H.r Muslim )
- Menghapus dosa-dosa besar (
Lihat dalam terjamah kitab Fathul Majid Bab : keutamaan kalimat tauhid dan
bagi siapa yang mengamalkannya )
- Memberikan syafaat ( Qs : 43 :
86 )
- Sebagai nilai dasar hidayah
seorang ( Qs : 6:82)
تحقيق
الشهادتين فى هذا العصر
Realisasi Syahadat
( Tahqiqu Syahadatain )
Aplikasi amalan Syahadatain dalam konteks Kekinian
Perwujudan Amaliyah syahadat
Laa iIaaha Illallah
- I’tisham bil Jamaah ( Bergabung dan komitmen dengan Jamaah ) Qs : Ali –imran ayat 103
103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk.
لاَ يَحِـلُّ دَ مٌ إِ مْرِئٍ مُسْلِمٍ
يَشْهَدُ اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاََّ ا للهِ وَ اَ نِِّـيْ رَ سُو لُ ا للهِ اِ
لاَ بِإِ حْدَ ئِ ثَلاَ ثٍ....ا لتَّا رْ كُ لِلدِِّ يْنِهِ وَ ا لْمُفَا رِ قُ
لِلْجَمَا عَةِ...
“ Tidak halal ( haram ) bagi seseorang
muslim darah & hartanya yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kecuali
dengan 3 perkara….. diantaranya ( salah satunya ) yaitu meninggalkan dinnya
(keyakinan ) & keluar dari jamaah.” ( H.R Muslim )
Keharaman darah seorang muslim
bukan hanya pengakuan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, akan tetapi juga
diiringi dengan berpegang teguh dengan Al-jamaah.jika seorang muslim melepaskan
tali ikatan jamaahnya ,maka berarti sama dengan melepaskan tali ikatan islam
dalam dirinya,jika islam tidak ada dalam dirinya,maka yang Nampak adalah
kekufuran
َعلَيْكُمْ
بِا لْجَمَا عَةِ وَ اِ بَّا كُمْ وَ ا لْفُرْ قَةَ
“ Wajib atas kalian berjamaah dan
jauhilah berpecah belah” . ( H.R Ahmad , dalam kitab musnad Ahmad , Shohih
Turmidzi )
وَ
اَ نَا اَ مَرَ كُمْ بِخَمْسٍ كَمَا
اَمَرَ نِيَ ا للهُ بِهِنَّ : اَ لْجَمَا
عَةُ وَ ا لسَّمْعِ وَ الطَّا عَةُ وَ ا لْهِجْرَ ةُ وَ ا لْجِهَا دُ فِى سَبِيْلِ
ا للهِ فَمَنْ فَا رَ قَ ا لْجَمَا عَةَ
قَيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِ بْقَةَ ا ْلاِ سْلاَ مِ مِنْ عُنُقِهِ إِ لاَّ اَن
يُرَ ا جِعَ …
“ Dan aku perintahkan kepada kalian terhadap
lima perkara sebagaimana aku diperintahkan Allah dengannya yaitu : Berjamaah,
Mendengar , thaat, dan berjihad dijalan Allah.maka barangsiapa keluar dari
jamaah ( keluar kethaatan ) walau hanya sejengkal,maka telah lepas ikatan islam
dari lehernya ( murtad ), kecuali ia taubat ( kembali bejamaah )... “ ( H.R Ahmad dalam kitab Jamius Shogir )
2.
Al-Harakah wal Jihad, Adanya komitmen Perjuangan dan
jihad dalam rangka membela ketauhidan Qs : 9 :19-20,Qs 4:94
3.
Imarah wa ad-Daulah , Memiliki kepemimpinan dan Negara
yang merupakan washilah dan wadah dalam pengabdiannya kepada Allah berupa Ulil
Amri(pemimpin )dan Negara Islam,Qs : 4:59
4.
Al-wala wal Bara, Memiliki prinsip
Loyalitas ( kesetian,dukungan penuh) kepada Waliyullah dan Bara ( melepaskan,
Menghilangkan ) ikatan-ikatan kepada Waliyu Thagut Qs : 4/76
5.
Iqamah ad-Din, Menegakkan & memperjuangkan
Din sebagai sebagai misi perjuangan suci,Qs 8:39
Kesimpulan
hukum yang diambil :
- Syariat syahadat secara nash hukumnya wajib
ditegakan berdasarkan keumuman nash yang ditunjuk ( baik Nash Al-qur’an
,Hadits maupun Aqwal Ulama )
- Syariat syahadat berlaku umum bagi setiap manusia
untuk ducapkan lebih utama bagi muslim kauni atau keturunan,karena tidak
ada dalil khusus yang mentaqyid ( membatasi) mengatakan bahwa syahadat
hanya berlaku buat orang kafir ( nashrani ,yahudi,budha,hindu ),maka
selama tidak ada dalil yang mengkhususkan maka wajib mengamalkan
keumumamnya.artinya syahadat berlaku sholihun li kulli zaman wa makan (
syahadat adalah syariat yang sesuai dengan zaman dan tempat )
- Syariat syahadat yang dimaksud untuk ditegakkan bagi
setiap muslim ialah adalah syahadat syar’i yang dilandasi
pengetahuan,berupa syarat , rukun serta tuntunannya berdasarkan aqwal
ulama
- Mengikrarkan syahadat tauhid ( pengakuan tentang
keesaan Allah ) adalah awal menjalankan kewajiban fardhu dari
fardhu-fardhu yang lain bagi seorang muslim
- Syahadat tidak akan sempurna jika tidak diiringi
dengan komitmen meninggalkan dan mengkufuri thagut serta bergabung
& menegakkan al-Jamaah,(
jamatul Muslimin berbentuk Daulah Islamiyah ) QS: 8:72
- Meninggalkan Al-jamaah,atau berpisah dari sebuah Jamaah
Ad-Daulah,dapat menggugurkan atau merusak nilai syahadat,sekaligus menghilangkan
penjagaan harta & darah
- Hubungan jamaah dan syahadat dalam satu variable
Islam yang
tidak bias dipisahkan hal tersebut sebagai
wujud tuntunan syahadat dengan memurnikan Allah dalam ibadah dan
Pemerintahan-Nya.
- Kehadiran Al-jamaah adalah sebagai Syuhada ‘ala an-Nas
( sebagai saksi seluruh manusia ) dalam rangka menegakkan yakfur bit
thagut wa yu’mim billah.
Wallahu ‘Alam Bish-Showwab►►
Daftar Pustaka
- Syaikh
Abdurrahman hasan alu syaikh,Fathul Majid syarah kitab Tauhid
- Syaikh
Shalih Utsaimin, Terjemah Ushul Fiqih
- DR.Musthafa
Dieb al-Bugha Muhyidin Mitsu,Al-Wafi’- Syarah Kitab Arbain an-Nawawi
- Muhammad
Abdul Wahab,Syarah Kitab Salasah Usul
- Sayyid
Quthb, Petunjuk Jalan
- ZAinuddin
Abdul Aziz al_malibari , Irsyadul ‘Ibad
- Tgk Muhammad
Hasbi as-shiddiqy, Al-Islam Jilid 1
- Muhammad Ali
ash-Shabuni, Shofwah at-Tafasir,Darul Fikr: Beirut,Juz 1
- Al-Qurthubi, Tafsir
Al-qurthubi
- Syaikh Abdul
Aziz bin Abdullah bin Baz, Durusul Muhimmah Li Ammatil Ummah
- Syaikh Umar
Abdul Jabbar Mabadhiu al-Fiqhiyyah ‘Ala Madzhab as-Syafi’I ,Juz
1,Tth,Surabaya-Indonesia
- Materi
Tarbiyah
- Artikel
mabahis ilnmiyah tentang arkanul
islam_ universitas madinah almunwaroh jilid 1
- Maktabah
Syamilah
[1] Dalam Hadits Riwayat Thabrani dikutip dalam kitab Tafsir Sofwat
at-Tafasir
[5] .zainuddin Abdul Aziz al-Malibary “ Irsyadul ‘Ibad ila sabili rosyad” Hal 4.jilid 1
[8] .as-Syaukani Tafsir
Fathul Qadir ,hal.442.jilid 1
[9] Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz “Syarah Durusul Muhimmah
Li Ammatil Ummah “ (Riayadh: Dar
As-Shami’I Lin Nasyri wa At-Tauzi’l,200)Hal.111
[10] Umar Abdul Jabbar “ AL-mabadhiu Fiqhiyyah ‘ala Madzhab Al-Imam
as-Syafi’I”(Surabaya
; Maktabah Muhammad bin Ahmad,Tthn ) hal.3 juz 1
[11] .Abdurrahman bin hasan alu syaikh Fathul Majid Syarah kitab Tauhid, jilid 1,hal 78.bab
: diutusnya muaz ke yaman
[12] .Artikel Arkanul Islam ,pembahsan ilmiyah ( maktabah syamilah )
[13] Al-Qurthubi, “Tafsir Al-Qurthubi” jilid 4.Hal.116.
[14] أُوْلُو * العلم } يعني المؤمنين شهدوا بذلك { قَائِمَاً
بالقسط } يعني الله قائماً بالعَدْل على كل نفس . ويقال : من أقرّ بهذه الشهادة على
عقد قلبه، ( Tafsir
As-samarqandi,Hal.248,jilid 1)
[15] .Artikel arkanul Islam dari kajian pembahasan ilmu .Universitas
madinah al-munawarroh jilid 1,hal 2( syamilah)
[16] Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, durusul Muhimmah Li Ammatil
Ummah, Hal.115
[17] Syaikh Muhammad Abdul Wahab “ Salasah USul “ Hal.18
0 comments